Penulis : Biasworo Adisuyanto Aka
Renungan konsep pembinaan olahraga di Jawa Timur
Untuk membangun pondasi yang kuat
Melalui Olahraga Rekreasi.......
Keberhasilan prestasi olahraga yang diraih atlet Jawa Timur
dalam kancah beragam kejuaraan, mulai dari tingkat daerah, nasional, bahkan
sampai dengan internasional sudah sangat membanggakan. Hal ini terbukti di
awali dari berbagai kejuaraan olahraga nasional digelar, Jawa Timur cenderung
menduduki peringkat terhormat sebagai juara umum. Seperti halnya pada
pelaksanaan Kejurnas cabang olahraga dan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang selalu digelar setiap empat tahun sekali.
Atlet Jawa Timur, selalu mampu menyumbangkan medali terbanyak dari provinsi
lainnya. Bahkan, kurang lebih 40 % kuota atlet kontingen Indonesia pada SEA
Games yang digelar dua tahun sekali juga berasal dari Jawa Timur. Kondisi
seperti ini sangat menghibur masyarakat Jawa Timur, dan tidak ada salahnya bila
masyarakat mempunyai anggapan bahwa Jawa Timur juga telah berhasil melakukan
pembangunan di bidang olahraga.
Andil KONI Jawa Timur, KONI Kabupaten Kota dalam upaya
peningkatan prestasi atlet tentunya sangat besar. Apalagi motto “Jawa Timur
Wani Sukses” yang dikumandangkan oleh KONI Jawa Timur sejak persiapan PONXVI
2004 di Sumatera Selatan, sudah sangat lekat dibenak para atlet dan pembinanya.
Motto ini oleh penggagasnya tidak hanya sekedar pembangkit semangat kepada
atlet dan pembina olahraga di Jawa Timur saja, tetapi lebih dari pada itu “Jawa
Timur Wani Sukses” merupakan pengibaran bendera start bahwa Jawa Timur memang
harus kembali pada masa kejayaan dalam dunia olahraga nasional sebagaimana yang
pernah dialami pada pelaksanaan PON XV 2000 di Jawa Timur.
Tahun 2005,
Ketua Umum KONI Jawa Timur mengedepankan program JATIM 100 dan meraih sukses
prestasi gemilang pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII 2008 di
Samarinda, Kalimantan Timur sebagai juara umum dengan meraih 139 emas, 114
perak, dan 112 perunggu. Di atas perolehan medali DKI Jakarta yang harus puas
di peringkat ke dua dengan perolehan medali sebanyak 122 emas, 118 perak, dan
123 perunggu.
Awal Tahun 2010, Ketua
Umum KONI Jawa Timur telah meluncurkan program lanjutan dengan nama “JATIM 100 II. Mencermati motto tersebut, tersirat keinginan yang sangat mendalam untuk disikapi bagi seluruh Pengurus Provinsi cabang olahraga. Kandungan makna yang tersirat adalah selain harus memperoleh
minimal 100 medali emas pada pelaksanaan PON XVIII 2012 di
Provinsi Riau dengan predikat tetap mempertahankan mahkota prestasi sebagai juara
umum, Pengurus Provinsi cabang olahraga juga mempunyai
tugas untuk mampu mewujudkan prestasi emas atletnya disetiap even kejuaraan (single event).
Makna yang terkandung dalam program JATIM 100 II tersebut merupakan keinginan Ketua Umum KONI Jawa Timur, yang sangat
mulia dan perlu didukung oleh seluruh anggota KONI Jawa Timur termasuk seluruh
Pengprov. cabang olahraga Jawa Timur. Apalagi bila ditinjau dari kondisi sementara yang ada, posisi prestasi
olahraga nasional pada pelaksanaan SEA Games XXV – 2009 di Laos berada pada urutan ketiga. Jawa Timur tidak hanya akan memasok sebanyak-banyaknya atlet, tetapi
juga berupaya menelurkan atlet yang mampu menjadi yang terbaik di tingkat
nasional dan internasional. Tetapi bagaimana dengan perolehan medali pada pelaksanaan PON XVIII/2012 yang lalu di Provinsi Riau, bahwa Provinsi Jawa Timur berada diurutan ketiga.
Keberhasilan dan kegagalan capaian target medali dalam beragam prestasi di beberapa even
olahraga tersebut, menimbulkan beberapa
pertanyaan yang sangat mendasar tentang kemajuan pembangunan di bidang
olahraga. Apakah perolehan medali atlet Jawa
Timur yang dihasilkan dari berbagai kejuaraan single event dan multi event,
seperti Kejuaraan Nasional cabang olahraga, Pekan Olahraga Nasional (PON) sudah
dapat dikatakan bahwa Jawa Timur telah
berhasil dalam memajukan pembangunan di bidang olahraga ?. Cenderung, ukuran kemajuan pembangunan
olahraga suatu daerah selama ini
didasari dari jumlah medali yang diperoleh pada kompetisi olahraga. Padahal
jika dikaji secara mendalam ukuran tersebut cenderung berisifat semu dan
manulatif. Karena ukuran tersebut tidak menggambarkan kondisi pembangunan
olahraga yang sebenarnya (Penduan
pelaksanaan pengumpulan data SDI nasional 2007, Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga RI, halaman 1). Hal ini lebih dijelaskan dalam buku tersebut,
bahwa suatu daerah yang memperoleh medali terbanyak dalam PON, tidak serta
merta dapat dijastifikasi bahwa daerah yang bersangkutan maju pembangunan
olahraganya. Bagaimana jika sejumlah medali tersebut diperoleh dari sejumlah
atlet yang “dibeli” dari daerah lain ? bagaimana halnya karena alasan gengsi,
tuan rumah harus menjadi juara umum dengan menghalalkan segala cara ? jika
demikian halnya, apakah jumlah medali menjadi ukuran yang akurat dan terpercaya
untuk menilai keberhasilan pembangunan olahraga ?
Medali secara faktual memang merupakan ukuran keberhasilan,
namun hanyalah sebagian, dan bukan segala-galanya. Selain itu, bangunan
olahraga sebagai sebuah sistem bukan hanya menyangkut olahraga prestasi saja,
tetapi juga olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan. Sementara dua bangunan
olahraga tersebut tidak harus berujung pada prestasi olahraga.
Sejalan dengan perubahan arah kebijakan pembangunan
nasional dari sentralisasi menuju disentralisasi dan dengan telah
diberlakukannya Undang-undang No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, Pemerintah Jawa Timur menyadari akan kewajiban yang harus diemban dan
dilaksanakan berdasarkan UU No. 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 12 ayat 1, yang menyatakan
bahwa pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta
standarisasi bidang keolahragaan secara nasional. Sementara itu, ayat 2
menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan kebijakan
dan mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan keolahragaan serta
melaksanakan standarisasi keolahragaan di daerah (Penduan pelaksanaan pengumpulan data SDI nasional 2007, Kementerian
Negara Pemuda dan Olahraga RI, halaman 3.). Dengan kewenangan yang dimiliki
tersebut, Pemerintah Jawa Timur akan berkompetisi secara sehat dalam
melaksanakan pembangunan olahraga, tidak hanya semata untuk peningkatan
prestasi olahraga, tetapi juga dalam upaya peningkatan kebugaran seluruh
masyarakat Jawa Timur.
Sementara ini, telah diperkenalkan sebuah konsep yang lahir
dari anak bangsa, yaitu sebuah gagasan yang sangat cemerlang untuk mengukur
keberhasilan pembangunan di bidang olahraga. Gagasan tersebut kemudian
diperkenalkan dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat oleh Kementerian
Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, dan lebih dikenal dengan sebutan
Sport Development Index (SDI), SDI
ini, dapat dijadikan acuan dan pegangan dalam mengukur kemajuan pembangunan
bidang olahraga di Jawa Timur. Justru melalui SDI ini, tidak berarti
meninggalkan berbagai strategi pembinaan olahraga sebelumnya. Bahkan, tujuan
tersebut diletakkan dalam kerangka perspektif yang relevan, yaitu meningkatkan
harkat dan martabat kemanusiaan (Penduan
pelaksanaan pengumpulan data SDI nasional 2007, Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga RI, halaman 2.).
Sport Development Index (SDI) adalah index gabungan yang mencerminkan keberhasilan
pembangunan olahraga berdasarkan empat demensi dasar, yaitu : partisipasi,
ruang terbuka, kebugaran, dan sumber daya manusia. Besarnya indeks mencerminkan
tingkat keberhasilan pembangunan olahraga di suatu wilayah.
Partisipasi merujuk pada banyaknya peserta yang melakukan kegiatan
olahraga. Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukan bagi
kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk lahan dan/atau
bangunan. Kebugaran merujuk pada kesanggupan tubuh untuk melakukan kegiatan
tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Suber daya manusia merujuk pada
banyaknya pelatih, guru, dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu.
Menjadikan Jawa Timur atau Kabupaten/Kota sebagai gudang
atlet, memang tidak mudah. Perlu
mendapatkan bibit atlet potensi dari seluruh pelosok Kabupaten/kota. Bagaimana
mungkin mendapatkan bibit atlet yang potensial, bila masyarakat sebagai orang
tua tidak gemar dan tidak memahami arti pentingnya berolahraga. Langkah awal
yang harus terlebih dahulu dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman dengan cara pembudayaan olahraga kepada
masyarakat. Sehingga, masyarakat akan memahami manfaat dari berolahraga.
Semakin besar partisipasi masyarakat Jawa Timur untuk berolahraga, akan semakin
besar pula masyarakat yang ingin menyalurkan bakat anaknya di bidang olahraga.
Bagaimana tingkat Partisipasi masyarakat akan meningkat dengan baik ? ketika
ruang terbuka sebagai tempat yang diperuntukan bagi kegiatan olahraga dan
ketersediaan sumber daya manusia juga sangat minim.
Keterkaitan empat demensi dasar pembangunan olahraga,
seperti partisipasi, ruang terbuka, kebugaran, dan sumber daya manusia tersebut
sangat erat sekali. Satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan akan
bermuara kepada peningkatan atlet berprestasi di bidang olahraga.
Oleh sebab itu, diharapkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota
secara sinergis beserta KONI & FORMI
Kabupaten/Kota perlu mengembangkan dan mensosialisasikan program pemberdayaan
olahraga secara konkrit kepada seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya terfokus
kepada pembinaan olahraga prestasi saja, namun beberapa olahraga yang bersifat
murah. meriah, massal, menarik dan manfaat juga perlu dikembangkan. Dengan
demikian masyarakat akan mengenal dan semakin sadar akan manfaat yang dirasakan
dalam berolahraga. Melalui aktivitas berolahraga, masyarakat akan memahami manfaat dalam membangun daya
tahan secara mental, fisik dan intelektual serta terwujudnya kondisi kesehatan,
kesegaran, kebugaran dan kenyamanan hidup yang pada gilirannya menjadi modal
utama dalam membangun kualitas sumber daya manusia dan peningkatan prestasi
olahraga.
Beragam jenis olahraga yang berkembang di masyarakat,
tentunya juga harus dikenal oleh masyarakat lainnya. Tidak hanya oleh kelompok
olahraga tertentu saja. Kelompok individu yang menekuni olahraga prestasi juga
harus mengenal keberagaman olahraga lainnya, dan sebaliknya olahraga rekreasi (olahraga
masyarakat) yang berkembang dimasyarakatpun harus mengenal keberagaman olahraga
prestasi. Apabila satu dengan lainnya saling mengetahui keberagaman dan
keberadaan seluruh olahraga yang berkembang, maka satu dengan yang lainnya juga
dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. Tidak hanya itu, dalam
hal ini pemerintahpun diharapkan terlibat langsung dalam pembinaan olahraga,
mulai dari penetapan kebijakan, implementasi kebijakan, hingga penyediaan unsur
pendukung bagi pelaksanaan kebijakan tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merubah
perkembangan jaman yang semakin maju, modern dan dinamis. Tatanan kehidupan
masyarakat juga mengalami perubahan yang mendasar, akibat dari pola dan pikiran
hidup manusia. Perubahan tersebut dalam kenyataannya telah banyak memberikan
kemudahan dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Namun seiring dengan itu,
kemajuan teknologi secara tidak langsung telah membawa suatu ancaman bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Modernisasi teknologi yang ditandai dengan
berkembangnya sarana komputerisasi, telah dan akan menimbulkan perubahan
perilaku kehidupan masyarakat, yang semula aktif berolahraga dan rajin
bergerak, menjadi pasif dan malas bergerak.
Kondisi ini, merupakan ancaman yang disadari dan dirasakan
oleh masyarakat yang tinggal diperkotaan. Menurunnya aktivitas berolahraga akan
berdampak kepada kesehatan dan kebugaran serta timbulnya berbagai penyakit.
Kesadaran masyarakat akan hal ini, menimbulkan hasrat untuk merubah dan mencari
berbagai kegiatan untuk bergerak aktif, berkreasi dan berolahraga sebagai
alternatife pilihan. Semakin lama semakin disadari dan menjadi “tren” untuk
merubah pola hidup masyarakat, agar lebih sehat, bugar dan terhindar dari
berbagai penyakit. Dalam kaitan itu, olahraga merupakan sarana yang ampuh dan
efektif untuk dapat mencegah dan mengatasi persoalan tersebut.
Dampak yang dirasakan masyarakat terhadap timbulnya berbagai
penyakit akibat minimnya aktivitas fisik yang digunakan, menjadikan peluang
yang yang harus ditangkap oleh Pemerintah Jawa Timur dengan meluncurkan beragam
program pemberdayaan olahraga disemua lapisan. Sehingga, konsep empat pilar
keberhasilan pembangunan di bidang olahraga pada SDI dapat tercapai dengan
baik.
Sebagaimana yang tertuang di dalam buku “Kebijakan
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Masyarakat” , yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Olahraga Direktorat Olahraga
Masyarakat, tahun 2002 menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai
dalam berolahraga adalah mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik.
Masyarakat yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang prima akan memiliki
produktivitas kerja yang tinggi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas nasional. Kondisi masyarakat yang demikian merupakan modal dasar
yang sangat kuat dan diperlukan untuk berkelanjutan pembangunan nasional. Dalam
kaitan itu, olahraga merupakan alat yang efektif untuk meningkatkan kesegaran
jasmani masyarakat. Olahraga yang dimaksud merupakan olahraga dalam bentuk
sederhana dan beragam. Aktivitas yang dilakukan lebih bersifat bermain,
spontan, dan tidak terlalu mengikat, dalam arti tidak dimaksudkan untuk meraih prestasi
tinggi, serta tidak terlalu diatur oleh aturan main yang ketat. Dengan kata
lain, kegiatan yang dilakukan itu lebih bersifat rekreatif. Olahraga semacam
itu biasanya dikategorikan sebagai olahraga untuk mengisi waktu luang (life time sport) yang dapat berbentuk
lari, jalan dan lari (jogging), senam
aerobic, dan kegiatan lainnya, seperti tennis lapangan, golf, panahan, dan
bersepeda, yang bertujuan mengembangkan kesegaran jasmani, sikap sosial,
mental, dan keterampilan lainnya.
Beragam olahraga yang berkembang di masyarakat, yang dapat
dijadikan rujukan sebagai alternatife pilihan dalam meningkatkan kesehatan dan
kebugaran di luar olahraga prestasi adalah olahraga
masyarakat (Sport for All).
Sebutan tersebut berubah ketika UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional telah menjadikan payung hukum di bidang keolahragaan, yang semula
lebih dikenal dengan sebutan olahraga masyarakat menjadi olahraga rekreasi.
Namun jenis dan ruang lingkup pembinaannya tetap, yaitu terdiri dari olahraga
Massal, olahraga rekreasi, olahraga tradisional, dan olahraga khusus &
rehabilitasi.
Apabila semua unsur masyarakat di Jawa Timur sudah terlibat
dan berperan aktif terhadap kegiatan olahraga, harapan keinginan tercapainya
keberhasilan dalam pembangunan olahraga akan diperoleh dengan baik. Keberhasil
tersebut tentunya dapat diukur dari peningkatan prosentase Sport Development Index (SDI) Jawa Timur setiap tahunnya, yang
diketahui dari peningkatan jumlah partisipasi masyarakat yang terlibat dalam
berolahraga, keberadaan ruang terbuka yang signifikan, peningkatan jumlah
kesehatan dan kebugaran pada masyarakat, peningkatan jumlah SDM (pelatih,
instruktur, dan guru olahraga) di Jawa Timur.
Sebagai rekomendasi penulisan makalah ini, khususnya
dalam upaya meningkatkan indek pembangunan olahraga di Provinsi Jawa Timur
adalah memunculkan strategi pembinaan dan program dan kegiatan sebagai berikut
:
A.
Strategi Pembangunan di
Bidang Olahraga
1.
Mewujudkan Peningkatan
Partisipasi Masyarakat;
2.
Mewujudkan Peningkatan
Sumber Daya Manusia;
3.
Mewujudkan Peningkatan
Fasilitasi Ketersediaan Ruang Terbuka;
4.
Mewujudkan Peningkatan
Kebugaran Masyarakat
B.
Program Pembangunan di
Bidang Olahraga
1. Program Pengembangan Olahraga
Rekreasi (olahraga massal. Olahraga rekreasi, olahraga tradisional. Olahraga
khusus & rehabilitasi);
1)
Pengembangan dan
mewujudkan kelembagaan olahraga rekreasi;
2)
Pengembangan Peningkatan
Aktivitas komunitas olahraga rekreasi;
3)
Pengembangan Peningkatan
sumber daya manusia komunitas olahraga rekreasi;
4)
Pengembangan frekuensi
festival olahraga rekreasi;
5)
Pengembangan centra dan
fasilitasi olahraga rekreasi;
2.
Program Pengembangan
Olahraga Pendidikan;
1)
Pengembangan PPLPD,
SMANOR, Klas Olahraga, dan Kelompok Belajar Olahraga;
2)
Pengembangan SDM Guru
Olahraga;
3)
Pengembangan Peningkatan
Frekuensi Kompetisi/kejuaraan olahraga pelajar;
4)
Pengembangan Peningkatan
Fasilitasi Olahraga pelajar;
5)
Penerapan IPTEK Olahraga
pelajar.
3.
Program Pengembangan
Olahraga Prestasi
1)
Pengembangan Kelembagaan
Olahraga Prestasi;
2)
Pengembangan Peningkatan
sumber daya manusia;
3)
Pengembangan Pemusatan
Latihan;
4)
Pengembangan Peningkatan
Frekuensi Kompetisi/kejuaraan;
5) Pengembangan Peningkatan
Fasilitasi Olahraga Prestasi;
6) Penerapan IPTEK Olahraga
Prestasi.
Salam Olahraga !!!