Minggu, 25 Agustus 2013

Gowes Kemerdekaan 2013

Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya 25 Agustus 2013

Dr. Sugeng Riyono
Kadispora Prov. Jawa Timr
Surabaya, Orrekjatim – Akan menjadikan program rutin Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur untuk setiap bulan Agustus akan menggelar bentuk kegiatan yang mengandung unsure 5 M, yaitu murah, meriah, missal, menarik dan manfaat, dalam bentuk kegitan ini berupa FUN Bike. Kegiatan yang mengandung unsur 5 M ini bertujuan menggelorakan dan memberikan semangat masyarakat Jawa Timur untuk gemar berolahraga, yaitu sebagai alternative pilihan adalah dengan bersepeda. Kegiatan Fun Bike merupakan aktivitas bersepeda yang dilakukan secara santai dengan menempuh jarak tertentu. Selain memberikan kesadaran kepada masyarakat akan manfaat bersepeda terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, aktivitas ini sekaligus juga dapat sebagai sosialisasi hemat energi. Dengan bersepeda bukanlah hal yang memalukan, justru dengan melaksanakan aktivitas ini secara rutin akan memberikan manfaat yang luar biasa terhadap kesehatan.

Kepala Dispora Prov. Jawa Timur
Saat Pemberangkatan GOWES Kemerdekaan 2013
Kegiatan FUN Bike tahun 2013 ini bertajuk “GOWES KEMERDEKAAN 2013” yang menjadikan program unggulan Bidang Olahraga Rekreasi Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur. Sebagaimana tahun sebelumnya, Dinas kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi JawaTimur mengemas kegiatan FUN Bike ini secara baik dengan Harian Surya pada tanggal 25 Agustus 2013, start dan finish di Tugu Pahlawan Surabaya, Jl. Pahlawan Surabaya.

Harian Pagi Surya mengemas kegiatan ini dengan baik, dan antusiasme warga Jawa Timur terhadap kegiatan Gowes Kemerdekaan 2013 ini sangat luar biasa, kurang lebih 20.000 biker memadati Jalan Pahlawan sejak pukul 05.30 wib, Minggu 25 Agustus 2013. Diberangkatkan tepat pukul 06.30 wib oleh Plt. Gubernur Jawa Timur, Rasiyo dan didampingi Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Ediwan Prabowo.

Panitia penyelenggara mengambil rute Gowes Kemerdekaan 2013 menempuh jarak 20 kilometer,  dengan start di Tugu Pahlawan, menuju Jalan Kramat Gantung, Genteng Kali, Ngempal, Simpang Dukuh, Gubernur Suryo, Panglima Sudirman, Urip Sumoharjo,  Raya Darmo, Dr. Soetomo, Diponegoro, Wonokromo Pasar, Ahmad Yani, Wonokromo, Diponegoro, RA. Kartini, Cokroaminoto, Raya Darmo, Basuki Rahmat, Embong Malang, Blauran, Bubutan, Kebon Rojo, Pahlawan, dan Finish di Tugu Pahlawan.
 
Panitia penyelenggara memberikan hadiah  doorprice dengan jumlah rincian disesuaikan dengan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Adapun rincian hadiah doorpricenya adalah 17 unit sepeda motor, 8 lemari es dan 45 unit sepeda angin, serta puluhan hadiah lainnya. Acara pembagian doorprice berakhir pada pukul 10.30 tepat. Acara pembagian doorprice diisi acara hiburan musik.


Kamis, 22 Agustus 2013

FORMI Jawa Timur Akan Menggelar Kejurnas Taichi Jien dan Kejuaraan Terbuka Wushu 2013

Penulis :
Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya, 23 Agustus 2013

Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Jawa Timur mencoba menggagas terselenggaranya “Kejuaraan Nasional Taichi Jien 2013” di Surabaya. Gagasan terselenggaranya kegiatan ini didasari dari tuntutan komunitas Taichi yang sudah berkembang secara baik, tidak hanya di Kota Surabaya tetapi di hampir  Kabupaten’Kota se Jawa Timur. Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, Lenmarc Mall Surabaya berkenan mendukung kegiatan ini secara maksimal. Tidak hanya, fasilitas perlombaan di dua atrium, tetapi juga perlengkapan pendukung lain seperti sound system, medali, piagam, stadge panggung, backdrop dan spanduk kegiatan, publikasi kegiatan, dll. Kegiatan ini akan berlangsung mulai dari tanggal 5 s/d 8 September 2013 di Lencmarc Mall Surabaya.

“Lencmarc sebagai salah satu plaza tersebesar di Kota Surabaya, tidak tanggung-tanggung mendukung kegiatan FORMI Jawa Timur ini” Kata Suparman, Ketua Umum FORMI Jawa Timur disela kesibukannya di Sekretariat FORMI Jawa Timur, Jl. Kayon No. 56 Surabaya. “Dukungan seperti ini sangat dibutuhkan oleh lembaga olahraga seperti FORMI Jawa Timur ini, selain belum mendapatkan dukungan dana APBD Provinsi Jawa Timur, organisasi sosial ini juga tidak mempunyai pemasukan anggaran yang jelas. Oleh sebab itu, ketika ada respon yang sangat baik dari Lencmarc Mall untuk dapat melaksanakan Kejurnas Taichi Jien ini, langsung kita respon balik dengan melakukan kerjasama”, tambah Suparman.

Drs. SUPARMAN, M.Si
Ketua Umum
FORMI Jawa Timur
Taichi Jien merupakan cabang olahraga rekreasi yang terbilang cukup lama perkembangannya di Indonesia. Sejak sebelum jaman kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, cabang olahraga rekreasi ini sudah sangat diminati oleh hampIr seluruh masyarakat di Indonesia. Selain ditinjau dari beragam seni yang terkadung dalam setiap geraknya, cabang olahraga rekreasi ini juga memiliki kandungan gerak untuk menngkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani. Lemah gemulainya setiap gerakan dan diimbangi dengan olah pernafasan yang teratur dan berirama, menjadikan peredaran darah kita pada tubuh tersalurkan secara baik dan mempunyai kandungan oksigen dalam darah yang sangat berimbang.

Kegiatan latihan Taichi Jien ini sudah merambah dan berkembang secara baik di hampir seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini disebabkan  adanya manfaat dalam setiap gerak yang mengandung unsur pemulihan dan dapat menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani pelakunya. Tidak hanya untuk pemulihan dan menjaga kesehatan jasmani saja kandungan unsur di dalam setiap geraknya, tetapi keindahan dan lemah gemulainya gerakan tersebut juga mengandung nilai seni yang sangat tinggi.

Sebagai motivasi dalam pengembangan dan pemberdayaan olahraga Taichi Jien ini di Indonesia, dipandang perlu diwujudkan sebuah wadah evaluasi pembinaan yang dilaksanakan secara berkesinambungan setiap tahun, yaitu berupa kejuaraan. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Jawa Timur yang merupakan satu-satunya wadah berhimpun olahraga raga rekreasi di Indonesia, berupaya memberikan ruang dengan menyelenggaraka secara rutin sebuah kegiatan yang bertajuk “Kejuaraan Nasional Taichi Jien”. Sehingga diharapkan nantinya, perkembangan pembinaan cabang olahraga rekreasi ini akan terasa lebih cepat dan dapat dirasakan manfaat yang terkandung dalam setiap geraknya oleh masyarakat.

Disamping itu, mengingat jenis cabang olahraga rekreasi ini memiiki sumber yang sama dan mempunyai kemiripan dengan berbagai jenis nomor yang berada dalam wadah pembinaan Wushu, yaitu nomor Taulo. Maka FORMI Jawa Timur juga mencoba untuk dapat bekerjasama dengan Pengprov. Wushu Indonesia Jawa Timur. Agar dalam penyelenggaraannya nanti menjadi lebih meriah. Keinginan kita untuk menggabungkan Kejuaraan Nasional Taichi Jien ini dengan Nomor TAULO pada Wushu direspon sangat baik oleh Ketua Umum Pengprov. Wushu Indonesia Jawa Timur, yaitu dengan menerbitkan Rekomendasi/Ijin pelaksanaan kegiatan Kejuaraan Terbuka Wushu tahun 2013. Oleh sebab itu maka penyelenggaraan kegiatan ini menjadi “Kejuaraan Nasional Taichi Jien dan Kejuaraan Terbuka Wushu Junior tahun 2013”.

Rabu, 21 Agustus 2013

Festival Olahraga Tradisional se Jawa Timur 2013

Kadispora Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Universitas 17 Agustus 1945

Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya, 23 Mei 2013
Narasumber :
K. Kartika Wulan, SH, MH (Kepala Seksi Pengembangan dan Pelestarian Olahraga Dispora Jawa Timur)


Dr. SUGENG RIYONO
Kadispora Provinsi Jawa Timur
Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provensi Jawa Timur menggelar kembali kegiatan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Provensi Jawa Timur tahun 2013 di Surabaya. Kegiatan ini merupakan agenda rutin Dispora Provensi Jawa Timur setiap dua tahun sekali, yaitu pada tahun ganjil. Kali ini merupakan kegiatan yang ke tiga  kalinya, yang sebelumnya pernah dilaksanakan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan sempat fakum cukup lama hingga tahun 2011 baru terlaksana kembali di Kabupaten Probolinggo.

Olahraga tradisional merupakan jenis olahraga yang sudah ada, tumbuh dan berkembang di masyarakat sejak jaman dahulu, diperkirakan sudah ada sejak jaman kerajaan dan mengalami alkulturasi pada jaman penjajahan. Olahraga tradisional merupakan olahraga yang sederhana, mudah dimengerti/dipelajari, biayanya relative murah dibandingkan dengan olahraga modern karena sedikit menggunakan perlengkapan dan peralatan yang dapat dibuat sendiri serta dapat dimainkan di arena terbuka dan tertutup.

Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, pelaksanaan kali ini tidak hanya unsur perwakilan Kabupaten/Kota saja yang dilibatkan, tetapi juga memberikan kesempatan kepada perguruan tinggi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur untuk turut berpartsisipasi menggali dan melestarikan olahraga tradisional. Respon perguruan tinggi sudah cukup luar biasa, ada enam peserta dari perguruan tinggi yang menjadi peserta diantaranya, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Ubaya Training Centre, dan Universitas Surabaya. Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan ini secara rutin dua tahun sekali, dengan tujuan selain sebagai upaya menggali dan melestarikan olahraga tradisional di masyarakat, tetapi juga sebagai upaya menyeleksi penampilan olahraga tradisional terbaik untuk dipersiapkan pada pelaksanaan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional tahun 2014 di Provinsi Lampung.

“Melibatkan perguruan tinggi ini merupakan keinginan Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, Dr. Sugeng Riyono” kata Kepala Bidang Pengembangan Olahraga Rekreasi Dispora Jawa Timur, Drs. Abd. Haris Ramadhan, MM disela-sela persiapan acara pembukaan di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. “Beliau sangat yakin akan potensi yang terkandung di masing-masing perguruan tinggi, bila dilibatkan  menjadi peserta di Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur tahun 2013 ini, akan tergali kembali budaya bangsa yang sudah terpendam dari mereka.” Tambah Haris sapaan lekat Abd. Haris Ramadhan.

Sebagaimana tahun 2011 yang lalu di Kabupaten Probolinggo, kegiatan ser upa hanya diikuti 9 Kabupaten/Kota dari 38 Kabupaten/Kota dan 6 Perguruan Tinggi yang ada di Jawa Timur. Masing-masing Kabupaten/Kota menampilkan beragam budaya olahraga tradisional yang telah mereka gali di daerahnya. Melalui kegiatan festival ini, tergali beragam olahraga tradisional yang sudah terpendam cukup lama. Kekayaan budaya Jawa Timur terlihat pada gebyar penyelengaraan skala daerah seperti ini.

Beberapa daerah Kabupaten/Kota dan Perguruan Tinggi yang menjadi peserta Festival Olahraga Tradisional se Jawa Timur tahun 2013 ini diantaranya adalah :
1.     Universitas Negeri Malang, dengan tema “Gulat Okol”;
2.     Kabupaten Jember, dengan tema “Legenda Watu Ulo”;
3.     Universitas Surabaya, dengan tema “Benteng Bentengan”
4.     Kabupaten Sidoarjo, dengan tema “Ritual Ujung”
5.     Kota Surabaya, dengan tema “Suro Lan Boyo”;
6.     Universitas Muhammadiyah Malang, dengan tema “Songguy Asuwek”;
7.     Kabupaten Sampang, dengan tema “Penteng”;
8.     Universitas Brawijaya Malang, dengan tema “Wetengan”;
9.     Kabupaten Bojonegoro, dengan tema “Kalongking”
10.  Kota Batu, dengan tema “Gronjong Delling”;
11.  Kabupaten Mojokerto, dengan tema “Bentengan”;
12.  Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dengan tema “Sodoran”;
13.  Kabupaten Jombang, dengan tema “Silat Gantangan (Kebo Kicak)”;
14.  Kota Kediri, dengan tema “Pencak Dor”;
15.  Ubaya Training Centre, dengan tema “Silat Harimau dan Macam”.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sebagai tuan rumah juga sangat tidak mengecewakan. Segala upaya dukungan kebutuhan panitia penyelenggara dari  khususnya terkait dengan fasilitas sarana dan prasarana festival disiapkan secara maksimal. Mulai dari pelaksanaan technical meeting sampai dengan pelaksanaan festival keesokan harinya sangat tidak mengecewakan. Ruang pertemuan, ruang ganti pakaian dan beberapa ruang lain yang diperuntukan sebagai pertemuan dewan juri juga disiapkan secara baik oleh pihak Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Lahan parkir yang mempunyai luas area kurang lebih 30 meter x 30 meter disulap secara baik menjadi arena festival olahraga tradisional tingkat daerah Jawa Timur. Lahan parkir yang beralaskan paving disetting materas pazzle karet tebal 2 cm seluas 20 meter x 20 meter. Materas ini diperuntukan sebagai area festival sebagaimana pemenuhan persyaratan nasional. Sedangkan sekeliling di luar arena materas dipasang tenda undangan dan tenda peserta.

Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur juga tidak tanggung-tanggung dengan mengundang pakar olahraga tradisional Dr. Andun Sundiandoko, M.Kes dari Universitas Negeri Surabaya sebagai ketua dewan juri pada pelaksanaan Festival Olahraga Tradisional se Jawa Timur tahun 2013 ini. Selebihnya, dewan juri yang bertugas mendampingi Dr. Andun Sundiandoko, M.Kes juga punya pengalaman dan sertifikasi dibidangnya secara baik. Diantaranya adalah Dr. Harwanto, ST, M.Pd. (Universitas PGRI Adibuana Surabaya), I Wayan Sudharma, S.Pd.(PMKI Jawa Timur), Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM (Dispora Provinsi Jawa Timur), Sudarsono (Seniman).

Rektor UNTAG Surabaya
Fesitival Olahraga Tradisional Tingkat Jawa Timur tahun 2013 ini dibuka oleh Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Prof. Dr. Drg. Hj. Ida Ayu Brahmasari, DIpl, DHE M.Pa ditandai dengan pemukulan gong, didampingi Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, hari Rabu tanggal 22 Mei 2013 tepat pada pukul 08.00 di halaman parkir timur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan penghargaan dan ucapan terma kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada lembaga perguruan tinggi  untuk dapat menyelenggarakan Festival Olahraga Tradisional Se Jawa Timur tahun 2013 ini di Universitas 17 Agustus 1945 secara baik. Selain itu juga beliau menekankan pentingnya menggali kembali dan melestarikan budaya asli rakyat Jawa Timur khususnya, dan Indonesia pada umumnya yang sudah hampir punah dan tidak pernah dikenal kembali, khususnya bagi generasi muda sekarang ini. Generasi Muda sekarang ini lebih tertarik dengan adanya permainan teknologi canggih, play station dan permainan games menarik yang dengan mudah dapat diakses melalui Internet.

Hasil akhir penilaian dewan juri olahraga tradisional dari 15 regu peserta, diambil 10 rangking terbaik adalah sebagai berikut :


Sepuluh peringkat terbaik diberikan Piala tetap da uang pembinaan dengan rincian sebagai berikut :
Rangking    I                    Tropy dan uang pembinaan Rp. 2.000.000,-
Rangking    II                   Tropy dan uang pembinaan Rp. 1.750.000,-
Rangking    III                  Tropy dan uang pembinaan Rp. 1.500.000,-
Rangking    IV s/d VI       Tropy dan uang pembinaan Rp.    750.000,-
Rangking    VII s/d X       Tropy

Senin, 19 Agustus 2013

OLAHRAGA TRADISIONAL

Penulis :
Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya, September 2010

Olahraga tradisional merupakan permainan asli rakyat sebagai aset budaya bangsa yang memiliki unsur olah fisik tradisional. Permainan rakyat yang berkembang cukup lama ini perlu dilestarikan, karena selain sebagai olahraga hiburan, kesenangan, dan kebutuhan interaksi sosial, olahraga ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas jasmani bagi pelakunya.

Olahraga tradisional semula tercipta dari permainan rakyat sebagai pengisi waktu luang. Karena permainan tersebut sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, maka permainan tersebut semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat sekitar. Permainan ini dilakukan dan digemari mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa, sesuai dengan karakter permainan yang dipakai. Beberapa permainan rakyat yang sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional adalah seperti egrang, terompah panjang, patok  lele, gobak sodor (hadang), sumpitan, gebuk bantal, gasing, lari balok, tarik tambang, benteng, dagongan, panjat pohon pinang, sepak raga, lomba perahu, lompat batu nias, karapan sapi, dan lain-lain.

Olahraga tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dsb.

Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang.

Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
Ø   Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
Ø   Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.

Olahraga Massal

Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
September 2010

Olahraga massal, salah satu  ruang lingkup pembinaan Olahraga Rekreasi adalah merupakan bentuk kegiatan olahraga yang dilakukan dan diikuti sekelompok atau banyak orang. Olahraga massal berkembang sangat pesat di masyarakat. Muncul beragam kegiatan senam yang merambah ke berbagai pelosok tanah air dan sangat disukai. Selain mudah, olahraga senam ini tidak membutuhkan biaya yang sangat besar. Cukup bermodal pakaian olahraga, kemauan dan kemampuan serta melakukan kegiatan olahraga ini secara rutin dan terprogram.

Beragam kegiatan senam massal dilakukan secara rutin di berbagai sudut pusat keramaian kota. Hari Minggu merupakan hari utama bagi mereka untuk melakukan aktivitas olahraga massal seperti ini. Biasanya alun-alun kota, merupakan salah satu tempat pusat kegiatan rutin pelaksanaan senam massal. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap hari Minggu pagi oleh sekelompok masyarakat yang tergabung di dalam senam kebugaran. Olahraga senam ini tidak hanya tumbuh berkembang di alun-alun. Beberapa tempat lain seperti halaman Balai Kota, atau halaman perkantoran juga merupakan tempat pelaksanaan aktivitas olahraga massal pada Minggu pagi. Tidak hanya di lokasi jantung kota saja, tetapi juga di berbagai sudut kota, juga merambah aktivitas kegiatan olahraga massal ini secara rutin, bahkan sampai dengan ke tingkat paling bawah, yaitu RT.

Aktivitas senam yang dilakukan oleh beragam komunitas tersebut bukan merupakan satu-satunya jenis olahraga massal, tetapi hanya salah satu contoh dari olahraga massal yang berkembang pesat dan sangat diminati oleh masyarakat. Sebenarnya, cukup banyak komunitas olahraga massal yang lain yang juga berkembang baik, seperti jalan sehat, sepeda sehat, sepeda kuno, Fun Bike, dan lari 10 K.

Aktivitas olahraga massal ini semakin terasa semarak, ketika mendekati acara peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus. Mulai dari tingkat lingkungan pemukiman (RT/RW) sampai ke tingkat Kecamatan, seluruh masyarakat bergerak melakukan aktivitas olahraga massal ini dengan semangat. Masing-masing RT, RW, Kelurahan sampai dengan Kecamatan membentuk kelompok berlatih senam, mengadakan jalan sehat, sepeda sehat atau terkadang melaksanakan fun bike. Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi lomba, hampir di setiap pelosok terdengar alunan musik bernuansa olahraga, yang diikuti oleh beragam komunitas olahraga massal.

Keramaian seperti itu tidak hanya terjadi di lokasi-lokasi umum saja, aktivitas olahraga massal ini tumbuh dengan baik. Salah satu bentuk aktivitas olahraga massal yang berkembang sangat baik adalah aktivitas olahraga senam umum. Kegiatan senam yang berkembang di sanggar-sanggar, cenderung lebih beragam. Tidak hanya senam aerobic, tetapi juga berkembang program latihan beragam jenis senam. Kebanyakan, peserta yang melakukan aktivitas tersebut di sanggar-sanggar senam adalah kaum wanita muda dan ibu-ibu, dengan tujuan selain memperoleh kesehatan dan kebugaran yang ingin dicapai, tetapi mereka juga menginginkan peningkatan kualitas dan prestasi. Dari rutinitas dan latihan yang terprogram, mereka berharap selain fisik yang sehat dan bugar kemampuan melakukan teknik geraknya juga mengalami peningkatan. Pada akhirnya, pengharapan mereka berujung pada perolehan prestasi di even lomba. Untuk meraih prestasi demikian, terkadang aktivitas ini harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar instruktur handal, dan dilaksanakan secara rutin minimal 3 hari atau lebih dalam satu minggu.

Aktivitas olahraga massal yang dilakukan di unit-unit perkantoran juga berkembang dengan baik. Hampir seluruh unit-unit perkantoran, baik instansi pemerintah maupun swasta telah melakukan kegiatan senam aerobic bersama dengan baik. Kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap hari Jum’at sebagai hari Krida Olahraga. Berbeda dengan aktivitas olahraga yang dilakukan di sanggar-sanggar senam, kegiatan ini tidak bermuara kepada peningkatan prestasi, tetapi cenderung mempunyai tujuan utama menjaga kesehatan, kebugaran, meningkatkan semangat kebersamaan, semangat kerja, dan produktivitas kerja.

Keterlibatan pemerintah dalam upaya turut mengembangkan aktivitas olahraga massal ini adalah dengan memberi variasi kegiatan lainnya sebagai perangsang dan menghilangkan kejenuhan. Bentuk kegiatan yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat adalah berupa : (1) kegiatan lomba dan festival olahraga massal; (2) peningkatan kualitas SDM instruktur; (3) pembinaan olahraga tenaga kerja; (4) tes kebugaran jasmani; (5) penyusunan model latihan kesegaran jasmani; (6) hari tantangan olahraga/challenger day; (7) hubungan dengan organisasi massal dalam dan luar negeri.

Program kegiatan lomba dan festival yang sudah berkembang dan sering dilakukan oleh pemerintah adalah berupa pekan olahraga pedesaan (PORDES), pekan olahraga dan seni pondok pesantren baik di tingkat daerah  (POSPEDA) maupun nasional (POSPENAS), pekan kesegaran jasmani (PKJ), festival olahraga massal, peringatan hari olahraga nasional (HAORNAS).

Program kegiatan peningkatan kualitas SDM dan manajemen olahraga massal yang sudah sering dilakukan adalah berupa pelatihan atau penataran bagi tenaga pembina, penggerak, pelatih/instruktur, organisasi olahraga masyarakat, dan penyusunan pedoman standart teknis, standart pelayanan minimal, norma, kriteria, dan prosedur di bidang olahraga massal.

Program kegiatan pembinaan olahraga tenaga kerja lebih ditekankan kepada kegiatan olahraga pada jam krida olahraga. Kegiatan jam krida olahraga ini dilakukan minimal sekali dalam seminggu secara rutin di setiap unit instansi pemerintah maupun swasta, sehingga harapan untuk meningkatkan semangat kebersamaan, semangat kerja dan produktivitas kerja dapat dicapai dengan baik.

Program kegiatan tes kebugaran jasmani dimaksudkan sebagai alat ukur peningkatan kesegaran jasmani dan kebugaran bagi siswa, mahasiswa, pegawai pemerintah maupun swasta, dan masyarakat. Kegiatan ini dipandang perlu dilakukan sebagai evaluasi tingkat kebugaran jasmani secara berkala untuk mengetahui profil atau kualitas fisik sumber daya manusia masyarakat.

Penyusunan model latihan kesegaran jasmani dimaksudkan sebagai upaya menghilangkan kejenuhan dalam melakukan aktivitas olahraga massal. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai instansi, pakar dan melibatkan masyarakat di dalam menciptakan berbagai jenis dan bentuk latihan kesegaran jasmani. Semakin banyak jenis dan bentuk latihan yang tercipta, maka semakin memberikan pilihan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Program kegiatan chalengger day adalah kegiatan berbagai jenis olahraga massal yang dilaksanakan secara serempak di suatu kota atau wilayah penyelenggara dan diikuti oleh kota atau wilayah lain. Kegiatan ini, berlangsung mulai pukul 00.00 dan berakhir sampai dengan pukul 21.00 pada hari yang sama. Kegiatan ini memang belum pernah dilaksanakan di Indonesia, namun dapat menjadikan alternatif kegiatan lain sebagai pilihan.

Program peningkatan hubungan dengan organisasi massal di dalam dan di luar negeri dimaksudkan sebagai upaya menjalin kerjasama dengan organisasi olahraga massal baik yang berada di dalam maupun di luar negeri,  sehingga, dalam melaksanakan kegiatan olahraga massal sejenis dapat berjalan lebih terarah. Beberapa organisasi olahraga massal yang berada di dalam negeri seperti Asosiasi Kebugaran Indonesia (ASKI), Senam Tera, Asosiasi Pembina Pelatih Senam Indonesia (APPSI), Yayasan Jantung Indonesia, dll. Sedangkan organisasi massal di luar negeri, seperti Asia Oceania Sport For All Association (ASFAA), Asia Pacific Sport For All Association (APOSA) di tingkat Asia, ataupun Trim’s Fitness Sport For All Association.

Beragam Jenis Olahraga Massal
1.1.1.     Olahraga Kesehatan
1.1.1.1.        Pernapasan
a.     Senam Taichi
b.     Senam Tera
c.      Senam PORPI
d.     Senam Cakra Wiweka
1.1.1.2.        Umum
a.     Senam Jantung Sehat
b.     Senam Kebugaran Jasmani (SKJ)
c.      Senam Diabites
d.     Senam Kinestetika Indonesia
1.1.1.3.        Tulang Sendi
a.     Senam Oestoporosis
b.     Senam Sehat Indonesia
1.1.2.     Olahraga Rekreatif
1.1.2.1.        Basis Budaya
a.     Senam Poco Poco
b.     Senam Sajojo
c.      Senam Jula Juli
d.     Senam Line Dance
1.1.2.2.        Massal
a.     FUN Bike
b.     Sepeda Tua (sepeda onthel)
c.      Gerak Jalan
d.     Jalan Sehat
e.     Tri Athlon
f.    Komunitas CB

Mengenal Olahraga Rekreasi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merubah perkembangan jaman yang semakin maju, modern dan dinamis. Tatanan kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan yang mendasar, akibat dari pola dan pikiran hidup manusia. Perubahan tersebut dalam kenyataannya telah banyak memberikan kemudahan dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Namun seiring dengan itu, kemajuan teknologi secara tidak langsung telah membawa suatu ancaman bagi kehidupan manusia itu sendiri. Modernisasi teknologi yang ditandai dengan berkembangnya sarana komputerisasi, telah dan akan menimbulkan perubahan perilaku kehidupan masyarakat, yang semula aktif berolahraga dan rajin bergerak, menjadi pasif dan malas bergerak.

Kondisi ini, merupakan ancaman yang disadari dan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan. Menurunnya aktivitas berolahraga akan berdampak kepada kesehatan dan kebugaran serta timbulnya berbagai penyakit. Kesadaran masyarakat akan hal ini, menimbulkan hasrat untuk merubah dan mencari berbagai kegiatan untuk bergerak aktif, berkreasi dan berolahraga sebagai alternatif pilihan. Semakin lama semakin disadari dan menjadi “tren” untuk merubah pola hidup masyarakat, agar lebih sehat, bugar dan terhindar dari berbagai penyakit. Dalam kaitan itu, olahraga merupakan sarana yang ampuh dan efektif untuk dapat mencegah dan mengatasi persoalan tersebut.

Sebagaimana yang tertuang di dalam buku “Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Masyarakat” , yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Olahraga Direktorat Olahraga Masyarakat, tahun 2002 menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam berolahraga adalah mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik. Masyarakat yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang prima akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas nasional. Kondisi masyarakat yang demikian merupakan modal dasar yang sangat kuat dan diperlukan untuk melanjutkan pembangunan nasional. Dalam kaitan itu, olahraga merupakan alat yang efektif untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat. Olahraga yang dimaksud merupakan olahraga dalam bentuk sederhana dan beragam. Aktivitas yang dilakukan lebih bersifat bermain, spontan, dan tidak terlalu mengikat, dalam arti tidak dimaksudkan untuk meraih prestasi tinggi, serta tidak terlalu diatur oleh aturan main yang ketat. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan itu lebih bersifat rekreatif. Olahraga semacam itu biasanya dikategorikan sebagai olahraga untuk mengisi waktu luang (life time sport) yang dapat berbentuk berlari, berjalan dan berlari (jogging), senam aerobic, dan kegiatan lainnya, seperti tennis lapangan, golf, panahan, dan bersepeda, yang bertujuan mengembangkan kesegaran jasmani, sikap sosial, mental, dan keterampilan lainnya.

Olahraga yang memiliki ciri khas di atas lebih dikenal dengan sebutan olahraga masyarakat. Namun demikian, semenjak Undang-Undang No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) diberlakukan, ada perubahan sebutan yang semula dikenal dengan nama “olahraga masyarakat” menjadi “olahraga rekreasi”. Hal ini, tertuang di dalam pasal 17 yang membagi ruang lingkup olahraga menjadi 3 kegiatan, yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Namun demikian, untuk memudahkan  penjabaran lebih lanjut dalam penulisan buku ini, olahraga rekreasi dimaksud akan tetap menggunakan istilah olahraga masyarakat. Karena dalam sub bagian ruang lingkup olahraga ini, terdapat sebutan serupa namun beda pengertian, yaitu sama dengan nama olahraga rekreasi.

Olahraga masyarakat merupakan sebutan yang ditujukan kepada sekumpulan berbagai cabang olahraga yang memiliki tujuan akhir peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani. Tidak seperti halnya cabang olahraga prestasi yang telah memiliki  Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), olahraga masyarakat belum memiliki organisasi yang dapat mengoordinasikan beragam cabang olahraga yang berkembang di masyarakat. Namun demikian, pada tahun 2002, Direktorat Keolahragaan Depdiknas ketika itu berupaya membentuk organisasi olahraga masyarakat yang diharapkan mampu mengakomodasi dan menghimpun segala apresiasi serta aktivitas olahraga rekreasi (olahraga masyarakat). Upaya membentuk organisasi olahraga masyarakat ini disebabkan adanya desakan dari beragam organisasi yang berdiri sebelumnya secara mandiri. Organisasi olahraga masyarakat tersebut berhasil dibentuk dengan nama Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI). Direktorat Keolahragaan ketika itu, sangat berharap agar setiap provinsi dapat membentuk kepengurusan DPD FOMI, dan selanjutnya akan diikuti sampai dengan tingkat Kabupaten dan Kota.


Pada tahun 2000, DPP Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI) terbentuk, yang ditandai dengan penandatanganan bersama oleh berbagai organisasi masyarakat di Jakarta, tepatnya pada bulan September 2000. Mengingat pentingnya sebuah wadah organisasi seperti ini, Departemen Pendidikan Nasional mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk membentuk FOMI di daerah-daerah. Namun, pada pelaksanaan Musyawarah Nasional FOMI III tahun 2009 menetapkan perubahan nama FOMI menjadi Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) melalui ketetapan nomor : 007/Munas FOMI/XII/2009 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia.

Awalnya, dibentuknya Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI) tersebut diharapkan mampu menjadi wadah yang dapat memayungi dan mampu menyatukan keberagaman berbagai organisasi olahraga masyarakat, seperti Olahraga Tradisional, Paramlimpia, Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia (PORPI), Pernapasan Tenaga Inti Indonesia, ASIAFI, Senam Tera Indonesia, Kateda Indonesia, PORGAKI, Special Olympic Indonesia (POPI), Asosiasi Senam Kebugaran Indonesia (ASKI), Yayasan Jantung Indonesia, BPOC, Sepeda BMX, Layang-layang, Cheerleading, Skateboard, Inline, Parcuere, B-Boy dan berbagai olahraga masyarakat lainnya yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat.

Dengan telah terbentuknya Kepengurusan DPP FOMI di Jakarta pada tahun 2000, serangkaian program sudah digelar sebagai wujud operasionalisasi organisasi, salah satunya adalah upaya membentuk DPD FOMI di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota. Bahkan, beberapa kali DPP FOMI telah  berhasil menciptakan gerak senam massal, yaitu Senam Ayo Bersatu. Model senam massal ini telah disosialisasikan dan masyarakat sangat menggemari perpaduan gerak yang terdapat di dalamnya.

Namun demikian, sampai dengan tahun 2009 perkembangan kelembagaan FOMI di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota agak sulit diwujudkan. Artinya FOMI belum tumbuh berkembang secara merata di seluruh Indonesia. Belum tumbuhnya kelembagaan FOMI di daerah secara merata ini, bukan berarti olahraga masyarakat kemudian tidak berkembang. Tetapi justru berkembang dengan baik beserta masing-masing induk organisasinya,  seperi jantung Indonesia, Persatuan Olahraga Pernafasan Indonesia (PORPI), perkumpulan senam tera, senam tai chi, senam aerobic, perkumpulan olahraga rekreasi, olahraga tradisional berjalan sendiri-sendiri. Diikuti organisasi di bawahnya, yaitu di tingkat provinsi sampai dengan  tingkat Kabupaten/Kota.

Olahraga masyarakat ini merupakan salah satu  profil atau potret olahraga yang berkembang di masyarakat sebagai pilihan. Ditinjau dari berbagai jenis olahraga yang dikembangkan dalam ruang lingkup olahraga masyarakat, maka masyarakat dapat memilihnya. Berbagai lapisan masyarakat, dari usia balita sampai dengan manula, dapat mengikutinya. Bahkan, pada UU No. 3 tentang SKN telah diatur dengan jelas, khususnya pada pasal 19 yang berbunyi (1) Olahraga rekreasi (olahraga masyarakat) dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran; (2) Olahraga rekreasi (olahraga masyarakat) dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga; (3) Olahraga rekreasi (olahraga masyarakat) sebagaimana dimaksud bertujuan memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan, membangun hubungan sosial dan/atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional; (4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkwajiban menggali, mengembangkan, dan memajukan olahraga rekreasi; (5) Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga masyarakat  tertentu yang mengandung resiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan sarana, serta keselamatan dan kesehatan, wajib menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan jenis olahraga, dan menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan jenis olahraga; (6) Olahraga rekreasi (olahraga masyarakat) sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perkumpulan atau organisasi olahraga.

Olahraga masyarakat dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran. Hal ini lebih dijelaskan dalam sebuah sistem bahwa masyarakat sebagai input, kegiatan olahraga masyarakat adalah sebuah proses, sedangkan kesehatan dan kebugaran adalah hasil yang dicapai.  Pada pelaksanaan proses tersebut, masyarakat dapat memilih beragam jenis olahraga masyarakat yang sesuai dengan kegemarannya. Dalam hal ini, olahraga masyarakat terbagi dalam 4 kelompok besar, yaitu olahraga massal,  olahraga tradisional, olahraga rekreasi, olahraga khusus dan rehabilitasi.

Olahraga rekreasi (olahraga masyarakat) dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga. Tentunya, pernyataan ini bukan merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin, mengingat ruang lingkup yang terkandung di dalam olahraga masyarakat ini bukan merupakan olahraga yang sulit untuk diikuti.

RUANG LINGKUP OLAHRAGA REKREASI
Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) membagi ruang lingkup Olahraga Rekreasi adalah sebagai berikut : 
1.  Olahraga Massal;
2.  Olahraga Tradisional;
3.  Olahraga Khusus;
4.  Olahraga Tantangan;