Senin, 07 Oktober 2013

KARAPAN SAPI Termasuk Olahraga Tradisional

(sebuah pendapat)
Penulis :
Biasworo Adisuyanto Aka
Sumber : Wikipedia

Menyikapi berbagai pertanyaan dari masyarakat Jawa Timur terkait dengan atraksi perlombaan adu cepat sapi, yang setiap tahun selalu dilaksanakan di Pulau Madura, yang lebih dikenal dengan nama “KARAPAN SAPI”. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah “apakah perlombaan Karapan Sapi termasuk jenis cabang olahraga tradisional ?”. Tidak mudah menjawab pertanyaan ini, selain tidak ada buku yang menjadikan referensi juga organisasi FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) belum mengelompokan kegiatan ini dalam ruang lingkup olahraga rekreasi. Sampai dengan saat ini, belum ada organisasi olahraga yang mewadahi kegiatan ini, juga belum ada organisasi yang menyebutkan bahwa “Perlombaan Karapan Sapi” merupakan jenis cabang olahraga tradisional. Artinya, belum ada salah satu lembaga atau kelompok masyarakat yang mengkleim perlombaan yang sangat popular di Pulau Madura ini ke dalam ruang lingkup “Olahraga Tradisional”. Bahkan bentuk kebijakan pemerintah yang menetapkan kegiatan ini ke dalam ruang lingkup olahraga rekreasi juga belum ada.

Karapan Sapi
Gambar diambil dari Internet
Bila ditinjau dari penulisan pada Wikipedia, Karapan Sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pualau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang manarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan sapi lainnya. Trek pacuan tersebut sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa Kabupaten di Pulau Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di Kabupaten Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Pertanyaan seputar “Karapan Sapi” yang sering muncul sebagaimana disebutkan di atas masih sulit untuk dijawab, baik oleh FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) maupun masyarakat umum. Bila kita cermati bentuk kegiatan lomba “Karapan Sapi” ini sangat mirip dengan olahraga balap kuda (pacuan kuda). Pacuan Kuda mempunyai keserupaan adu kecepatan dalam menentukan kemenangan. Peserta yang tercepat mencapai garis finish, akan dinyatakan sebagai pemanang pada perlombaan ini. Begitupula dengan perlombaan “Karapan Sapi” yang sering diselenggarakan di Pulau Madura ini merupakan adu kecepatan dua ekor Sapi yang menjadi kesatuan utuh yang tidak terpisahkan. Perbedaan yang paling tampak dan menonjol dari perlombaan adu cepat ini adalah cara menunggang dan jumlah binatang yang dipergunakan. Balap Kuda hanya menggunakan satu satu ekor kuda dengan satu orang Joki yang duduk di punggung Kuda. Sedangkan Karapan Sapi menggunakan dua ekor Sapi dengan satu orang Joki yang berdiri di kayu antara kedua Sapi.

Mencermati kemiripan ini, tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa “Karapan Sapi” juga merupakan kegiatan “olahraga”. Karena untuk perlombaan Balap Kuda sudah cukup lama dalam ranah pembinaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), bahkan pada pelaksanaan PON (Pekan Olahraga Nasional) balap kuda merupakan salah satu cabang olahraga yang diperlombakan. Oleh sebab itu, ketika ada kemiripan pada perlombaan “Karapan Sapi” dengan perlombaan balap kuda ini, maka kita berani mengatakan bahwa “Karapan Sapi” juga merupakan kegiatan “Olahraga” sebagaimana “Balap Kuda/Pacuan Kuda”.

Apalagi dalam perlombaan “Karapan Sapi” juga dibutuhkan ketrampilan dan kemampuan fisik seorang Joki untuk mengendalikan arah laju larinya “Sapi” hingga garis finish. Tanpa ketrampilan dan kekuatan yang baik, seorang Joki akan mengalami kesulitan mengendalikan laju lari dua ekor “Sapi” dalam keadaan lari kencang dan hanya berdiri dalam sebuah balok kayu yang terkait pada dua ekor sapi tersebut. Secara otomatis, peserta Karapan Sapi yang ingin menjadi pemenang harus dikendalikan oleh seorang Joki yang memiliki ketrampilan dan kekuatan fisik memadai.

Hal inilah yang dapat mengklasifikasikan lomba “Karapan Sapi” ini ke dalam ruang lingkup “Olahraga”. Selain mengandung unsure keterampilan gerak, juga membutuhkan kekuatan fisik tubuh seorang Joki. Untuk memperoleh kekuatan fisik tentunya dibutuhkan program latihan yang sistemik, berkesinambungan dan teratur serta memenuhi kaedah kebugaran jasmani.

Nah… sekarang yang perlu dikupas pada kegiatan “Karapan Sapi” ini apakah juga merupakan “olahraga tradisional” sebagaimana pertanyaan masyarakat di atas. Hal ini perlu kita tinjau lebih spesifik tentang keberadaan “Karapan Sapi” ini melalui jejak sejarah. Karena pengertian “olahraga tradisional” adalah merupakan kegiatan olah fisik yang mengandung nilai-nilai budaya, yang pada hakekatnya merupakan warisan leluhur nenek moyang kita.

Wikipedia menceritakan sejarah munculnya karapan sapi, bermula dilatar belakangi kondisi tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, sebagai gantinya banyak orang Madura yang berada di daerah pesisir mengalihkan mata pencahariannya sebagai nelayan. Sedangkan lainnya, kebanyakan beternak sapi dan sekaligus dipergunakan untuk bertani khusus dalam membajak sawah atau ladang. Suatu ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur), ingin memberi motivasi kepada masyarakat untuk mau kembali bertani dengan memperkenalkan cara bercocok tanam yang mudah, yaitu dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal dengan masyarakat Madura dengan sebutan “nanggala” atau “segala” yang ditarik dengan dua ekor sapi. Cara bercocok tanam yang diperkenalkan Pangeran Katandur ini, adalah untuk memudahkan para petani menggemburkan tanah yang sangat keras. Yang selama ini menggunakan tenaga manusia dan sebuah alat cangkul, dirubah dengan memanfaatkan tenaga dua ekor sapi. Sedangkan alat cakulnya diganti dengan sebuah alat yang terbuat dari kayu dengan disain khusus sebagai alat bajaknya dan diikatkan secara kuat kepada dua ekor sapi. Sebagai pengendali kedua ekor sapi tersebut dalam menentukan  perpindahan dan perputaran arah dibutuhkan seorang petani yang berdiri di atas kayu alat bajak. Cara bercocok tanam yang diperkenalkan Pangeran Ketandur ini menjadikan petani bersemangat karena menjadi lebih ringan dalam mengerjakan lahannya.

Agar petani mampu menguasai cara mengendalikan kedua ekor sapi saat membajak sawah dan sapi-sapi yang dipergunakan menjadi lebih kuat, Pangeran Ketandur memunculkan gagasan sebuah permainan dalam bentuk adu ketangkasan dan kecepatan sapi dan peralatan bajaknya secara utuh. Para pemabajak sawah harus melatih dua ekor sapinya mampu berlari cepat dan mengalahkan pembajak lainnya. Gagasan diadakannya adu cepat sapi ini kemudian menjadi tradisi di Pulau Madura dan diberi nama “Karapan Sapi”. Karapan Sapi pada akhirnya menjadi kegiatan rutin setiap tahun, khususnya setelah menjelang musim panen habis. Kegiatan lomba Karapan Sapi ini didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi dengan mengelilingi arena pacuan dan selalu diiringi musik Seronen.

Bila dibandingkan dengan balap kuda, perlombaan Karapan Sapi terlihat lebih sengit dan heboh. Hal ini ditinjau dari faktor kesulitan saat mengendalikan binatang tunggangannya. Seorang joki balap kuda tidak serumit joki karapan sapi yang harus mengendalikan sepasang sapi dengan posisi kendali sambil berdiri di atas kayu bajak. Faktor kusulitan inilah yang menjadikan perlombaan Karapan Sapi menjadi seru dan lebih heboh dibandingkan dengan balap kuda.

Ditunjau dari pemahaman kedua permasalahan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa perlombaan “Karapan Sapi” juga merupakan “Olahraga Tradisional”, yang merupakan jenis permainan fisik dan mengandung nilai-nilai budaya tradisional turun menurun hingga sekarang. Acara Karapan Sapi atau Bull Race ini selalu berhasil dalam penyelenggaraannya dan mampu menyedot perhatian masyarakat luar, baik dari nusantara bahkan mancanegara. Acara bergengsi bagi masyarakat Madura ini adalah dalam rangka memperebutkan Piala Bergilir Presiden (Presiden Cup), dan biasanya diselenggarakan dipusat Kota Pamekasan. Selain menggelar adu cepat sapi, acara ini juga menghadirkan unsur kesenian dan budaya Madura. Sehari sebelum perlombaan karapan sapi, biasanya didahului dengan kesenian Sapi Sonok. Jika di medan laga, si Sapi bertarung dengan tenaga untuk dapat berlari cepat, lain halnya dengan pagelaran Sapi Sonok yang bertarung dengan mengandalkan kecantikan dan keluwesannya berjalan di catwalk ala Sapi Sonok. Rupanya, bukan Cuma kesenian berbau sapi saja yang digelar pada saat itu, pada malam harinya juga digelar berbagai kesenian budaya dan adat Madura, seperti festival tarian tradisional dari berbagai Kabupaten, fesitival makanan, dan kesenian ala Madura lainnya.

Kamis, 12 September 2013

Permainan Panjat Pinang Termasuk Olahraga Tradisional

(sebuah pendapat, yang pernah ditulis Tahun 2013)
Penulis :
BIasworo Adisuyanto Aka

Pertanyaan FORMI Kabupaten Jember yang pernah dilontarkan beberapa waktu yang lalu kepada FORMI Jawa Timur, terkait dengan pelaksanaan permainan Panjat Pinang yang sudah menjadi budaya dan selalu dilaksanakan setiap tahun di Kabupaten Jember. Yang menjadi pertanyaan FORMI Kabupaten Jember adalah “Apakah permainan panjat pinang ini termasuk olahraga tradisional ?”. Ini pertanyaan menarik yang sebelumnya FORMI Jawa Timur juga tidak pernah menelusuri dan tidak memiliki data jenis permainan panjat pinang ini secara baik. Secara logika, permainan ini sangat memenuhi kaidah kebugaran jasmani, maka bila permainan ini di masukan ke dalam kategori olahraga rekreasi sangat memenuhi ketentuan. Tetapi bila kita tanyakan bahwa permainan ini kategori tradisional atau tidak, hal ini perlu ada penelusuran sejarah.

Kita mengetahui bahwa hampir semua rakyat Indonesia pasti tahu dengan kegiatan ini. Lebih semaraknya ketika mendekati peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan 17 Agustus dan sesudahnya, banyak masyarakat melaksanakan permainan panjat tebing. Selain asyik untuk ditonton, juga para pemainnya dapat menikmati kegembiraan dalam upaya memanjat pohon pinang ini dengan susah payah untuk dapat meraih hadiah. Hadiah diletakkan pada ujung atas, sedangkan pohon pinang yang dipanjat diluluri sesuatu agar pohon pinang menjadi licin dan sulit untuk dipanjat. Semakin sulit dipanjat, permainan ini semakin asyik dan ramai. Kegiatan ini selain untuk melengkapi kemeriahan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, juga sebagai bentuk menanamkan rasa semangat kemerdekaan kepada para remaja dan masyarakat umum.

Namun banyak juga yang beranggapan bahwa permainan panjat pinang ini ternyata punya sejarah yang kelam di Indonesia. Bahkan muncul dalam sebuah sinetron Para Pencari Tuhan karya Deddy Mizwar, yang memunculkan adegan dialog menolak permainan panjat pinang untuk dimasukan pada acara peringatan 17 Agustusan, dengan alasan bahwa permainan ini bukan asli permainan rakyat Indonesia tetapi permainan bangsa Belanda. Tidak hanya itu, yang lebih ekstrimnya lagi bila kita baca tulisan pada Wikipedia yang meriwayatkan permainan panjat pinang berasal dari jaman Belanda. Permainan ini diadakan oleh orang Belanda ketika mempunyai acara hajatan besar, seperti pada pelaksanaan acara pernikahan, dan lain-lain. Pada pelaksanaan acara pernikahan ini, orang Belanda memberikan kesempatan kepada orang pribumi untuk turut serta dalam perayaan pernikahan, yaitu dengan cara membagi-bagi hadiah. Ketertarikan orang pribumi pada acara ini karena ada hadiah yang diperebutkan, biasanya berupa bahan makanan, gula, keju, dan terkadang juga pakaian. Namun demikian, tindakan yang dilakukan orang Belanda tidak sekedar memberikan bingkisan hadiah kepada semua orang pribumi yang berkerumun, tetapi harus melalui rintangan, dan rintangan yang dibuat tidaklah mudah ditaklukkan bagi orang pribumi. Bahkan, banyak orang pribumi yang tidak dapat mengambil dan menerima hadiah diperebutkan. Tetapi justru berdampak kepada penderitaan dan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Ketika itu rasanya mustahil orang pribumi mampu mengambil hadiah-hadiah tersebut yang diletakan di puncak sebuah pohon pinang. Pohon pinang yang dipergunakan juga sangat tinggi, selain itu juga dilumuri minyak licin atau oli. Kondisi yang tidak terlatih dalam memanjat dengan kondisi licin tersebut mengakibatkan banyak yang berjatuhan, bahkan tidak sedikit yang mengalami cidera. Kondisi memanjat yang sulit ini terkadang diabaikan oleh orang pribumi, mereka hanya megandalkan ambisi untuk dapat meraih barang-barang yang diletakan di atas pohon pinang, karena mereka berharap apabila barang-barang tersebut mampu mereka ambil akan sangat membantu melanjutkan kehidupan sehari-hari.

Sulitnya orang pribumi memanjat dan meraih hadiah yang terletak di atas pohon pinang tersebut menjadi tontonan yang menarik bagi orang Belanda. Dengan suka ria mereka tertawa dan bergembira serta bersorak-sorak ketika ada orang pribumi tidak berhasil dan bahkan terjatuh. Sebgaian orang menganggap bahwa permainan panjat pinang ini merupakan bentuk permainan orang Belanda untuk melecehkan orang pribumi. Tetapi bila kita mengambil sisi positifnya dari permainan ini tentunya tidak menganggap bahwa permainan ini adalah untuk melecehkan orang pribumi, tetapi justru makna yang terkandung dalam permainan ini yang harus ditangkap adalah sisi positifnya. Sisi positif yang tertuang dalam permainan ini sangat banyak, diantaranya adalah beberapa hal sebagai berikut :
1.    Bentuk permainan panjat tebing ini bila ditata secara baik dalam aturan permainannya akan berdampak positif untuk meningkatkan kebugaran dan menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas rutin yang dilakukan seseorang;
2.    Walaupun permainan panjat pinang ini diperkenalkan olah orang Belanda, tetapi  sudah menjadi permainan orang pribumi cukup lama, yaitu sejak nenek moyang semasa penjajahan Belanda. Turun temurun permainan ini sangat disukai, karena sudah ditemukan cara memanjat yang baik sehingga permainan ini mempunyai cara untuk mendapatkan hadiah yang terpasang di atas pohon pinang;
3.  Makna yang terkandung dalam permainan ini sangat mendalam, yaitu bahwa untuk mendapatkan kesuksesan dalam meraih setiap pekerjaan sangat diperlukan strategi, kebersamaan, kekuatan, kekompakan, keuletan, dan koordinasi. Agar memiliki semua komponen yang dibutuhkan tersebut tentunya dibutuhkan konsep pembelajaran peningkatan sumber daya manusianya melalui bentuk pelatihan.

Melihat dari permasalahan tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa permainan panjat tebing ini dapat dikategorikan sebagai olahraga tradisional. selain tumbuh dan berkembang secara baik dimasyarakat sudah sejak nenek moyang kita semasa penjajahan orang Belanda, tetapi juga permainan ini sudah menjadi tradisi daerah ter tentu yang selalu melaksanakan kegiatan ini setiap tahun.

Senin, 09 September 2013

FORMI Jatim Sukses Gelar Kejurnas Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Yunior 2013

Penulis          : 
Biasworo Adisuyanto Aka
Narasumber : 
FORMI Jawa Timur, Jl. Kayon No. 56 Surabaya

Surabaya - Orrekjatim, Pelaksanaan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Junior 2013” telah berakhir hari minggu tanggal 08 September 2013 tepat pukul 17.10 wib di Atrium lt. 2 Lenmarc Mall Jl. Bukit Darmo Bolevard Surabaya. Kejuaraan ini ditutup oleh Wakil Ketua Pengprov. Wushu Indonesia Jawa Timur, Drs. Pujianto. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan terima kasih kepada Ketua Umum FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Jawa Timur, Drs. Suparman, M.Si. yang juga hadir pada saat acara penutupan berlangsung. Kegiatan ini sangat membantu program pembinaan Pengprov. WI Jawa Timur, selain sebagai wahana evaluasi juga memberikan kesempatan yang banyak kepada atlet Kota Surabaya dan Jawa Timur untuk menunjukan kemampuannya kepada atlet provinsi lain. Drs. Pujianto menambahkan dalam sambutannya, bahwa kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap tahun sebagai wahana kompetensi bagi atlet Wushu di seluruh Indonesia dalam kemasan yang sangat baik. Pujianto menyampaikan bahwa tahun depan Pengprov. WI Jawa Timur akan lebih mendukung kegiatan ini jauh lebih baik lagi. Selain menyampaikan terima kasih kepada Ketua Umum FORMI Jawa Timur, Pujianto juga menyampaikan terma kasih kepada Ketua Panitia Penyelenggara, Thomas More Suharto. Atas kerjakerasnya dengan seluruh panitia, penyelenggaraan kejuaraan ini dapat dilaksanakan secara meriah dan mewah. Banyak sponsor yang mendukung kegiatan ini, walaupun tidak di dukung sedikitpun dari dana APD Pemerintah Provinsi Jawa Timur, tetapi kegiatan ini dapat terselenggara dengan baik. “Kegiatan ini tidak akan terselenggara seperti ini, bila Ketua Panitia dan seluruh jajaran kepanitiaannya tidak berbuat maksimal” kata Pujianto dalam sambutannya. “Pak Thomas dan seluruh unsur kepanitiaannya dan dalam koordinasi FORMI Jawa Timur, telah mampu menjalin kerjasama dengan berbagai sponsor”, “Tanpa tangan dingin Pak Thomas, belum tentu kegiaan ini berjalan demikian baiknya” tambah Pujianto dalam sambutannya.

Turut hadir dalam acara pembukaan, selain dari unsur Wushu Indonesia juga hadir Ketua Umum dan Sekretaris Umum FORMI Jawa Timur serta beberapa pengurus FORMI Lainnya yang terlibat dalam kepanitiaan. Kepala Bidang Olahraga Rekreasi DISPORA Kota Surabaya, Yudha Satria juga hadir sampai dengan acara penutupan berakhir. Kegiatan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Junior 2013” ini telah berlangsung mulai tanggal 5 – 8 September 2013 di Atrium lt. 2 Lenmarc Surabaya.

Kejuaraan nasional ini merupakan pelaksanaan yang pertama kalinya oleh FORMI Jawa Timur. Betuk kegiatan berskala nasional ini menjadi pengalaman pertama bagi pengurus FORMI Jawa Timur. Sebelumnya, kegiatan FORMI Jawa Timur hanya berskala daerah di Jawa Timur. Ini merupakan terobosan dan keberanian pengurus FORMI Jawa Timur untuk melaksanakan kegiatan besar berskala nasional. “FORMI Jawa Timur sampai dengan sekarang belum punya anggaran tetap dan belum mampu membantu biaya pelaksanaan kepada organisasi olahraga rekreasi yang ingin mengadakan kegiatan” kata Drs. Suparman, M.Si Ketua Umum FORMI Jawa Timur. “Seperti kegiatan kejuaraan nasional ini, FORMI Jawa Timur tidak memberikan apa-apa kepada panitia pelaksana, tapi saya bersyukur dan menyampaikan terima kasih kepada panitia penyelenggara yang mampu mencari dukungan biaya melalui sponsorship” kata Suparman disela-sela acara penyerahan medali kepada pemenang. “Biaya keseluruhan penyelenggaraan didapat dari dukungan sponsorship dan pendaftaran peserta” kata Suparman. Menyadari kondisi keuangan FORMI Jawa Timur yang belum disikapi secara baik oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagaimana KONI Jawa Timur, maka pengurus FORMI Jawa Timur berupaya menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan dan perguruan tinggi di Jawa Timur.

Kegiatan kejuaraan Nasional Taiji Quan dan Kejuaraan Terbuka Wushu Yunior, mendapat dukungan fasilitas venues dari Lenmarc Mall Surabaya secara penuh. Mulai dari tempat perlombaan, sound system, kursi dan meja, Medali pemenang, piagam penghargaan serta piala tetap, semua didukung penuh oleh Lencmarc Mall Surabaya. Sedangkan konsumsi panitia selama pelaksanaan juga di dukung sponsorship.

KONTRA VERSI SEPUTAR PELAKSANAAN KEJUARAAN TERBUKA WUSHU

Kejuaraan Terbuka Wushu Yunior 2013 merupakan bagian yang tidak terpisah dengan pelaksanaan Kejuaraan Nasional Taiji Quan 2013. Kedua kegiatan tersebut  merupakan rangkaian kegiatan yang menjadi satu pelaksanan dalam kendali kegiatan FORMI Jawa Timur. Banyak masyarakat menilai tentang pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Jawa Timur beberapa waktu yang lalu tersebut, tepatnya tanggal 5 – 8 September 2013 di Atrium lt. 2 Lenmarc Mall Jl. Bukit Darmo Bolevard Surabaya, khususnya pada pelaksanaan “Kejuaraan Terbuka Wushu Yunior 2013”. Ada yang menilai positif bahwa FORMI Jawa Timur telah berhasil dengan baik dalam melaksanakan kegiatan ini, terutama dari hampir seluruh peserta menyatakan puas dan penyelenggaraan event FORMI Jawa Timur ini tidak mengecewakan. Karena selain seluruh juri/wasit mempunyai kompetensi di bidangnya secara baik, juga semua juri/wasit mendapatkan rekomendasi dan penunjukan dari Pengprov. WI Jawa Timur dan PB. Wushu Indonesia. Padahal cabang olahraga “Wushu” bukan menjadi ranah kewenangan pembinaan dalam wadah FORMI Jawa Timur, tetapi FORMI Jawa Timur mampu menyelenggara kan kegiatan ini dengan baik dan sukses.

Tanggapan negatife juga muncul dari sebagian kalangan olahraga, khususnya mereka-mereka yang tergabung sebagai pelaku olahraga prestasi. Tidak hanya itu, beberapa pengurus KONI dan beberapa karyawan Dispora pun menanyakan keabsahan penyelenggaraan kejuaraan Wushu tersebut yang Banyak masyarakat mengetahui, bahwa “Wushu” merupakan cabang olahraga prestasi yang telah memiliki organisasi resmi dan menjadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia sejak cabang olahraga “Wushu” dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XV tahun 2000 di Jawa Timur, dengan nama “Wushu Indonesia”. Walaupun sebelumnya, cabang olahraga “Wushu” sudah dimunculkan pada pelaksanaan PON XIV/1996 di Jakarta, tetapi masih exhibition dan belum menjadi pertandingan yang diperhitungkan medalinya.

Mereka menganggap tidak selayaknya FORMI Jawa Timur menyelenggarakan sebuah event cabang olahraga “Wushu”, karena bukan menjadi kewenangan pembinaan. FORMI Jawa Timur seyogyanya tidak menyelenggarakan “Kejuaraan Terbuka Wushu” yang seharusnya menjadi ranahnya KONI. Bahkan, ketika FORMI Jawa Timur mengajukan surat rekomendasi kepada Ketua Umum Pengprov. WI Jawa Timur awalnya tidak diproses, namun dengan adanya pendekatan dan penyampaian tujuan pelaksanaan adalah membantu proses perkembangan pembinaan Wushu di Jawa Timur khususnya dan Indnesia pada umumnya, Pengprov. WI Jawa Timur pada akhirnya bersedia menerbitkan surat rekomendasi pelaksanaan kegiatan Kejuaraan  Terbuka Wushu 2013 yang menjadi bagian tidak terpisah dari pelaksanaan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan 2013”.

Pertimbangan Pengprov. WI Jawa Timur mengijinkan FORMI Jawa Timur melaksanakan Kejuaraan  Terbuka Wushu pada pelaksanaan Kejuaraan Nasional Taiji Quan dan Kejuaraan Terbuka Wushu Yunior tahun 2013” adalah sebagai berikut :
1.     FORMI Jawa Timur melakukan proses mekanisme penyelenggaraan secara benar, yaitu dengan mengajukan permohonan surat rekomendasi pelaksanaan kepada Pengprov. WI Jawa Timur dan PB. Wushu Indonesia. Jangankan FORMI Jawa Timur yang mempunyai legalitas organisasi dari Pemerintah Pusat, event organization (EO) pun dapat menyelenggarakan kegiatan serupa dengan catatan mendapatkan rekomendasi dari induk orgaisasi cabang olahraga terkait (tertuang dalam UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional). Jadi tidak punya alas an yang kuat bila Pengprov. WI Jawa Timur melarang;
2.     Kegiatan tersebut sangat menguntungkan dan membantu dari sisi pembinaan skala daerah dan nasional;
3.     Melibatkan Pengprov. WI Jawa Timur dan PB. Wushu Indonesia dalam menentukan dan menugaskan wasit/juri pertandingan;
4.     Peraturan pertandingan yang akan diterapkan sudah memenuhi prosedur keabsahan peraturan yang diberlakukan “Wushu Indonesia”.

Dengan lebih mengedepankan proses pembinaan, pada akhirnya pelaksanaan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Yunior 2013” berjalan sukses. Jawa Timur…….. Jaya Luar Biasa !!!

“Membangun Kebersamaan Menuju Prestasi Gemilang”, dari kebersamaan kita berharap akan melahirkan sebuah prestasi gemilang untuk Indonesia…….. tercinta.

Jumat, 06 September 2013

PEMBUKAAN KEJURNAS TAIJI QUAN 2013

Janji Atlet & Wasit
Acara Pembukaan Kejurnas Taiji Quan & Kejur Terbuka
Wushu Junior 2013
Orrekjatim, Walaupun sempat menjadikan persiapan pelaksanaan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Junior 2013” mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan dunia olahraga. Khususnya, dari kalangan olahraga prestasi yang menyalahkan kegiatan ini diselenggarakan oleh FORMI Jawa Timur, yang dilihat dari sisi kewenangannya hanya membina olahraga rekreasi. Namun acara ini mampu digelar secara baik oleh FORMI Jawa Timur, diawali dengan pelaksanaan pembukaan yang meriah di Atrium lt. 2 Lenmarc Surabaya. 


Kepala Bidang Pengem
Drs. Abd. Haris R, MM
Kabid. Pengembangan
Olahraga Rekreasi
bangan Olahraga Rekreasi DISPORA Provinsi Jawa Timur, Drs. Abd. Haris Ramadhan, MM mewakili Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur membuka secara resmi acara tersebut pada hari Kamis tanggal 5 September 2013 siang hari mulai pukul 14.00 s.d. 16.00 wib. Kemudian acara dilanjutkan di rumah kediaman Ibu Walikota Surabaya, yaitu acara Welcome Party, penyambutan Pejabat Pemerintah Kota Surabaya kepada seluruh atlet dan official peserta “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Junior 2013”

Drs. SUPARMAN, M.Si.
Ketua Umum FORMI Jatim
Kemeriahan acara pembukaan, selain dihadiri pejabat pemerintahan juga hadir komunitas olahraga rekreasi dan pengurus FORMI Jawa Timur. Sejumlah 368 atlet dari 39 sasana perwakilan 9 provinsi di Indonesia mengikuti defile peserta semakin mewarnai dan memeriahkan acara pembukaan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Junior 2013”. Setelah defile peserta, acara pembukaan diisi dengan berbagai acara sambutan dan diakhiri dengan acara tambahan berupa penampilan Barongsai dan berbagai demonstrasi pertunjukan jurus-jurus Taiji oleh beberapa atlet dari gabungan sasana di Kota Surabaya.

Kegiatan “Kejuaraan Nasional Taiji Quan & Kejuaraan Terbuka Wushu Junior 2013” ini akan berlangsung mulai tanggal 5 – 8 September 2013 di Atrium lt. 2 Lenmarc Surabaya. Panitia sangat berharap, keberhasilan pada pelaksanaan acara pembukaannya mewarnai keberhasilan lainnya, khususnya pada pelaksanaan perlombaan Taiji Quan dan Wushu Junior keesokan harinya hingga selesai.

Minggu, 25 Agustus 2013

Gowes Kemerdekaan 2013

Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya 25 Agustus 2013

Dr. Sugeng Riyono
Kadispora Prov. Jawa Timr
Surabaya, Orrekjatim – Akan menjadikan program rutin Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur untuk setiap bulan Agustus akan menggelar bentuk kegiatan yang mengandung unsure 5 M, yaitu murah, meriah, missal, menarik dan manfaat, dalam bentuk kegitan ini berupa FUN Bike. Kegiatan yang mengandung unsur 5 M ini bertujuan menggelorakan dan memberikan semangat masyarakat Jawa Timur untuk gemar berolahraga, yaitu sebagai alternative pilihan adalah dengan bersepeda. Kegiatan Fun Bike merupakan aktivitas bersepeda yang dilakukan secara santai dengan menempuh jarak tertentu. Selain memberikan kesadaran kepada masyarakat akan manfaat bersepeda terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, aktivitas ini sekaligus juga dapat sebagai sosialisasi hemat energi. Dengan bersepeda bukanlah hal yang memalukan, justru dengan melaksanakan aktivitas ini secara rutin akan memberikan manfaat yang luar biasa terhadap kesehatan.

Kepala Dispora Prov. Jawa Timur
Saat Pemberangkatan GOWES Kemerdekaan 2013
Kegiatan FUN Bike tahun 2013 ini bertajuk “GOWES KEMERDEKAAN 2013” yang menjadikan program unggulan Bidang Olahraga Rekreasi Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur. Sebagaimana tahun sebelumnya, Dinas kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi JawaTimur mengemas kegiatan FUN Bike ini secara baik dengan Harian Surya pada tanggal 25 Agustus 2013, start dan finish di Tugu Pahlawan Surabaya, Jl. Pahlawan Surabaya.

Harian Pagi Surya mengemas kegiatan ini dengan baik, dan antusiasme warga Jawa Timur terhadap kegiatan Gowes Kemerdekaan 2013 ini sangat luar biasa, kurang lebih 20.000 biker memadati Jalan Pahlawan sejak pukul 05.30 wib, Minggu 25 Agustus 2013. Diberangkatkan tepat pukul 06.30 wib oleh Plt. Gubernur Jawa Timur, Rasiyo dan didampingi Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Ediwan Prabowo.

Panitia penyelenggara mengambil rute Gowes Kemerdekaan 2013 menempuh jarak 20 kilometer,  dengan start di Tugu Pahlawan, menuju Jalan Kramat Gantung, Genteng Kali, Ngempal, Simpang Dukuh, Gubernur Suryo, Panglima Sudirman, Urip Sumoharjo,  Raya Darmo, Dr. Soetomo, Diponegoro, Wonokromo Pasar, Ahmad Yani, Wonokromo, Diponegoro, RA. Kartini, Cokroaminoto, Raya Darmo, Basuki Rahmat, Embong Malang, Blauran, Bubutan, Kebon Rojo, Pahlawan, dan Finish di Tugu Pahlawan.
 
Panitia penyelenggara memberikan hadiah  doorprice dengan jumlah rincian disesuaikan dengan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Adapun rincian hadiah doorpricenya adalah 17 unit sepeda motor, 8 lemari es dan 45 unit sepeda angin, serta puluhan hadiah lainnya. Acara pembagian doorprice berakhir pada pukul 10.30 tepat. Acara pembagian doorprice diisi acara hiburan musik.


Kamis, 22 Agustus 2013

FORMI Jawa Timur Akan Menggelar Kejurnas Taichi Jien dan Kejuaraan Terbuka Wushu 2013

Penulis :
Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya, 23 Agustus 2013

Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Jawa Timur mencoba menggagas terselenggaranya “Kejuaraan Nasional Taichi Jien 2013” di Surabaya. Gagasan terselenggaranya kegiatan ini didasari dari tuntutan komunitas Taichi yang sudah berkembang secara baik, tidak hanya di Kota Surabaya tetapi di hampir  Kabupaten’Kota se Jawa Timur. Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, Lenmarc Mall Surabaya berkenan mendukung kegiatan ini secara maksimal. Tidak hanya, fasilitas perlombaan di dua atrium, tetapi juga perlengkapan pendukung lain seperti sound system, medali, piagam, stadge panggung, backdrop dan spanduk kegiatan, publikasi kegiatan, dll. Kegiatan ini akan berlangsung mulai dari tanggal 5 s/d 8 September 2013 di Lencmarc Mall Surabaya.

“Lencmarc sebagai salah satu plaza tersebesar di Kota Surabaya, tidak tanggung-tanggung mendukung kegiatan FORMI Jawa Timur ini” Kata Suparman, Ketua Umum FORMI Jawa Timur disela kesibukannya di Sekretariat FORMI Jawa Timur, Jl. Kayon No. 56 Surabaya. “Dukungan seperti ini sangat dibutuhkan oleh lembaga olahraga seperti FORMI Jawa Timur ini, selain belum mendapatkan dukungan dana APBD Provinsi Jawa Timur, organisasi sosial ini juga tidak mempunyai pemasukan anggaran yang jelas. Oleh sebab itu, ketika ada respon yang sangat baik dari Lencmarc Mall untuk dapat melaksanakan Kejurnas Taichi Jien ini, langsung kita respon balik dengan melakukan kerjasama”, tambah Suparman.

Drs. SUPARMAN, M.Si
Ketua Umum
FORMI Jawa Timur
Taichi Jien merupakan cabang olahraga rekreasi yang terbilang cukup lama perkembangannya di Indonesia. Sejak sebelum jaman kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, cabang olahraga rekreasi ini sudah sangat diminati oleh hampIr seluruh masyarakat di Indonesia. Selain ditinjau dari beragam seni yang terkadung dalam setiap geraknya, cabang olahraga rekreasi ini juga memiliki kandungan gerak untuk menngkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani. Lemah gemulainya setiap gerakan dan diimbangi dengan olah pernafasan yang teratur dan berirama, menjadikan peredaran darah kita pada tubuh tersalurkan secara baik dan mempunyai kandungan oksigen dalam darah yang sangat berimbang.

Kegiatan latihan Taichi Jien ini sudah merambah dan berkembang secara baik di hampir seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini disebabkan  adanya manfaat dalam setiap gerak yang mengandung unsur pemulihan dan dapat menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani pelakunya. Tidak hanya untuk pemulihan dan menjaga kesehatan jasmani saja kandungan unsur di dalam setiap geraknya, tetapi keindahan dan lemah gemulainya gerakan tersebut juga mengandung nilai seni yang sangat tinggi.

Sebagai motivasi dalam pengembangan dan pemberdayaan olahraga Taichi Jien ini di Indonesia, dipandang perlu diwujudkan sebuah wadah evaluasi pembinaan yang dilaksanakan secara berkesinambungan setiap tahun, yaitu berupa kejuaraan. Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Jawa Timur yang merupakan satu-satunya wadah berhimpun olahraga raga rekreasi di Indonesia, berupaya memberikan ruang dengan menyelenggaraka secara rutin sebuah kegiatan yang bertajuk “Kejuaraan Nasional Taichi Jien”. Sehingga diharapkan nantinya, perkembangan pembinaan cabang olahraga rekreasi ini akan terasa lebih cepat dan dapat dirasakan manfaat yang terkandung dalam setiap geraknya oleh masyarakat.

Disamping itu, mengingat jenis cabang olahraga rekreasi ini memiiki sumber yang sama dan mempunyai kemiripan dengan berbagai jenis nomor yang berada dalam wadah pembinaan Wushu, yaitu nomor Taulo. Maka FORMI Jawa Timur juga mencoba untuk dapat bekerjasama dengan Pengprov. Wushu Indonesia Jawa Timur. Agar dalam penyelenggaraannya nanti menjadi lebih meriah. Keinginan kita untuk menggabungkan Kejuaraan Nasional Taichi Jien ini dengan Nomor TAULO pada Wushu direspon sangat baik oleh Ketua Umum Pengprov. Wushu Indonesia Jawa Timur, yaitu dengan menerbitkan Rekomendasi/Ijin pelaksanaan kegiatan Kejuaraan Terbuka Wushu tahun 2013. Oleh sebab itu maka penyelenggaraan kegiatan ini menjadi “Kejuaraan Nasional Taichi Jien dan Kejuaraan Terbuka Wushu Junior tahun 2013”.

Rabu, 21 Agustus 2013

Festival Olahraga Tradisional se Jawa Timur 2013

Kadispora Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Universitas 17 Agustus 1945

Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya, 23 Mei 2013
Narasumber :
K. Kartika Wulan, SH, MH (Kepala Seksi Pengembangan dan Pelestarian Olahraga Dispora Jawa Timur)


Dr. SUGENG RIYONO
Kadispora Provinsi Jawa Timur
Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provensi Jawa Timur menggelar kembali kegiatan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Provensi Jawa Timur tahun 2013 di Surabaya. Kegiatan ini merupakan agenda rutin Dispora Provensi Jawa Timur setiap dua tahun sekali, yaitu pada tahun ganjil. Kali ini merupakan kegiatan yang ke tiga  kalinya, yang sebelumnya pernah dilaksanakan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2005 dan sempat fakum cukup lama hingga tahun 2011 baru terlaksana kembali di Kabupaten Probolinggo.

Olahraga tradisional merupakan jenis olahraga yang sudah ada, tumbuh dan berkembang di masyarakat sejak jaman dahulu, diperkirakan sudah ada sejak jaman kerajaan dan mengalami alkulturasi pada jaman penjajahan. Olahraga tradisional merupakan olahraga yang sederhana, mudah dimengerti/dipelajari, biayanya relative murah dibandingkan dengan olahraga modern karena sedikit menggunakan perlengkapan dan peralatan yang dapat dibuat sendiri serta dapat dimainkan di arena terbuka dan tertutup.

Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, pelaksanaan kali ini tidak hanya unsur perwakilan Kabupaten/Kota saja yang dilibatkan, tetapi juga memberikan kesempatan kepada perguruan tinggi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur untuk turut berpartsisipasi menggali dan melestarikan olahraga tradisional. Respon perguruan tinggi sudah cukup luar biasa, ada enam peserta dari perguruan tinggi yang menjadi peserta diantaranya, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Ubaya Training Centre, dan Universitas Surabaya. Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan ini secara rutin dua tahun sekali, dengan tujuan selain sebagai upaya menggali dan melestarikan olahraga tradisional di masyarakat, tetapi juga sebagai upaya menyeleksi penampilan olahraga tradisional terbaik untuk dipersiapkan pada pelaksanaan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional tahun 2014 di Provinsi Lampung.

“Melibatkan perguruan tinggi ini merupakan keinginan Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, Dr. Sugeng Riyono” kata Kepala Bidang Pengembangan Olahraga Rekreasi Dispora Jawa Timur, Drs. Abd. Haris Ramadhan, MM disela-sela persiapan acara pembukaan di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. “Beliau sangat yakin akan potensi yang terkandung di masing-masing perguruan tinggi, bila dilibatkan  menjadi peserta di Invitasi Olahraga Tradisional se Jawa Timur tahun 2013 ini, akan tergali kembali budaya bangsa yang sudah terpendam dari mereka.” Tambah Haris sapaan lekat Abd. Haris Ramadhan.

Sebagaimana tahun 2011 yang lalu di Kabupaten Probolinggo, kegiatan ser upa hanya diikuti 9 Kabupaten/Kota dari 38 Kabupaten/Kota dan 6 Perguruan Tinggi yang ada di Jawa Timur. Masing-masing Kabupaten/Kota menampilkan beragam budaya olahraga tradisional yang telah mereka gali di daerahnya. Melalui kegiatan festival ini, tergali beragam olahraga tradisional yang sudah terpendam cukup lama. Kekayaan budaya Jawa Timur terlihat pada gebyar penyelengaraan skala daerah seperti ini.

Beberapa daerah Kabupaten/Kota dan Perguruan Tinggi yang menjadi peserta Festival Olahraga Tradisional se Jawa Timur tahun 2013 ini diantaranya adalah :
1.     Universitas Negeri Malang, dengan tema “Gulat Okol”;
2.     Kabupaten Jember, dengan tema “Legenda Watu Ulo”;
3.     Universitas Surabaya, dengan tema “Benteng Bentengan”
4.     Kabupaten Sidoarjo, dengan tema “Ritual Ujung”
5.     Kota Surabaya, dengan tema “Suro Lan Boyo”;
6.     Universitas Muhammadiyah Malang, dengan tema “Songguy Asuwek”;
7.     Kabupaten Sampang, dengan tema “Penteng”;
8.     Universitas Brawijaya Malang, dengan tema “Wetengan”;
9.     Kabupaten Bojonegoro, dengan tema “Kalongking”
10.  Kota Batu, dengan tema “Gronjong Delling”;
11.  Kabupaten Mojokerto, dengan tema “Bentengan”;
12.  Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dengan tema “Sodoran”;
13.  Kabupaten Jombang, dengan tema “Silat Gantangan (Kebo Kicak)”;
14.  Kota Kediri, dengan tema “Pencak Dor”;
15.  Ubaya Training Centre, dengan tema “Silat Harimau dan Macam”.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sebagai tuan rumah juga sangat tidak mengecewakan. Segala upaya dukungan kebutuhan panitia penyelenggara dari  khususnya terkait dengan fasilitas sarana dan prasarana festival disiapkan secara maksimal. Mulai dari pelaksanaan technical meeting sampai dengan pelaksanaan festival keesokan harinya sangat tidak mengecewakan. Ruang pertemuan, ruang ganti pakaian dan beberapa ruang lain yang diperuntukan sebagai pertemuan dewan juri juga disiapkan secara baik oleh pihak Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Lahan parkir yang mempunyai luas area kurang lebih 30 meter x 30 meter disulap secara baik menjadi arena festival olahraga tradisional tingkat daerah Jawa Timur. Lahan parkir yang beralaskan paving disetting materas pazzle karet tebal 2 cm seluas 20 meter x 20 meter. Materas ini diperuntukan sebagai area festival sebagaimana pemenuhan persyaratan nasional. Sedangkan sekeliling di luar arena materas dipasang tenda undangan dan tenda peserta.

Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur juga tidak tanggung-tanggung dengan mengundang pakar olahraga tradisional Dr. Andun Sundiandoko, M.Kes dari Universitas Negeri Surabaya sebagai ketua dewan juri pada pelaksanaan Festival Olahraga Tradisional se Jawa Timur tahun 2013 ini. Selebihnya, dewan juri yang bertugas mendampingi Dr. Andun Sundiandoko, M.Kes juga punya pengalaman dan sertifikasi dibidangnya secara baik. Diantaranya adalah Dr. Harwanto, ST, M.Pd. (Universitas PGRI Adibuana Surabaya), I Wayan Sudharma, S.Pd.(PMKI Jawa Timur), Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM (Dispora Provinsi Jawa Timur), Sudarsono (Seniman).

Rektor UNTAG Surabaya
Fesitival Olahraga Tradisional Tingkat Jawa Timur tahun 2013 ini dibuka oleh Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Prof. Dr. Drg. Hj. Ida Ayu Brahmasari, DIpl, DHE M.Pa ditandai dengan pemukulan gong, didampingi Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, hari Rabu tanggal 22 Mei 2013 tepat pada pukul 08.00 di halaman parkir timur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan penghargaan dan ucapan terma kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada lembaga perguruan tinggi  untuk dapat menyelenggarakan Festival Olahraga Tradisional Se Jawa Timur tahun 2013 ini di Universitas 17 Agustus 1945 secara baik. Selain itu juga beliau menekankan pentingnya menggali kembali dan melestarikan budaya asli rakyat Jawa Timur khususnya, dan Indonesia pada umumnya yang sudah hampir punah dan tidak pernah dikenal kembali, khususnya bagi generasi muda sekarang ini. Generasi Muda sekarang ini lebih tertarik dengan adanya permainan teknologi canggih, play station dan permainan games menarik yang dengan mudah dapat diakses melalui Internet.

Hasil akhir penilaian dewan juri olahraga tradisional dari 15 regu peserta, diambil 10 rangking terbaik adalah sebagai berikut :


Sepuluh peringkat terbaik diberikan Piala tetap da uang pembinaan dengan rincian sebagai berikut :
Rangking    I                    Tropy dan uang pembinaan Rp. 2.000.000,-
Rangking    II                   Tropy dan uang pembinaan Rp. 1.750.000,-
Rangking    III                  Tropy dan uang pembinaan Rp. 1.500.000,-
Rangking    IV s/d VI       Tropy dan uang pembinaan Rp.    750.000,-
Rangking    VII s/d X       Tropy

Senin, 19 Agustus 2013

OLAHRAGA TRADISIONAL

Penulis :
Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM
Surabaya, September 2010

Olahraga tradisional merupakan permainan asli rakyat sebagai aset budaya bangsa yang memiliki unsur olah fisik tradisional. Permainan rakyat yang berkembang cukup lama ini perlu dilestarikan, karena selain sebagai olahraga hiburan, kesenangan, dan kebutuhan interaksi sosial, olahraga ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas jasmani bagi pelakunya.

Olahraga tradisional semula tercipta dari permainan rakyat sebagai pengisi waktu luang. Karena permainan tersebut sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, maka permainan tersebut semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat sekitar. Permainan ini dilakukan dan digemari mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa, sesuai dengan karakter permainan yang dipakai. Beberapa permainan rakyat yang sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional adalah seperti egrang, terompah panjang, patok  lele, gobak sodor (hadang), sumpitan, gebuk bantal, gasing, lari balok, tarik tambang, benteng, dagongan, panjat pohon pinang, sepak raga, lomba perahu, lompat batu nias, karapan sapi, dan lain-lain.

Olahraga tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dsb.

Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang.

Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
Ø   Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
Ø   Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.

Olahraga Massal

Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
September 2010

Olahraga massal, salah satu  ruang lingkup pembinaan Olahraga Rekreasi adalah merupakan bentuk kegiatan olahraga yang dilakukan dan diikuti sekelompok atau banyak orang. Olahraga massal berkembang sangat pesat di masyarakat. Muncul beragam kegiatan senam yang merambah ke berbagai pelosok tanah air dan sangat disukai. Selain mudah, olahraga senam ini tidak membutuhkan biaya yang sangat besar. Cukup bermodal pakaian olahraga, kemauan dan kemampuan serta melakukan kegiatan olahraga ini secara rutin dan terprogram.

Beragam kegiatan senam massal dilakukan secara rutin di berbagai sudut pusat keramaian kota. Hari Minggu merupakan hari utama bagi mereka untuk melakukan aktivitas olahraga massal seperti ini. Biasanya alun-alun kota, merupakan salah satu tempat pusat kegiatan rutin pelaksanaan senam massal. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap hari Minggu pagi oleh sekelompok masyarakat yang tergabung di dalam senam kebugaran. Olahraga senam ini tidak hanya tumbuh berkembang di alun-alun. Beberapa tempat lain seperti halaman Balai Kota, atau halaman perkantoran juga merupakan tempat pelaksanaan aktivitas olahraga massal pada Minggu pagi. Tidak hanya di lokasi jantung kota saja, tetapi juga di berbagai sudut kota, juga merambah aktivitas kegiatan olahraga massal ini secara rutin, bahkan sampai dengan ke tingkat paling bawah, yaitu RT.

Aktivitas senam yang dilakukan oleh beragam komunitas tersebut bukan merupakan satu-satunya jenis olahraga massal, tetapi hanya salah satu contoh dari olahraga massal yang berkembang pesat dan sangat diminati oleh masyarakat. Sebenarnya, cukup banyak komunitas olahraga massal yang lain yang juga berkembang baik, seperti jalan sehat, sepeda sehat, sepeda kuno, Fun Bike, dan lari 10 K.

Aktivitas olahraga massal ini semakin terasa semarak, ketika mendekati acara peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus. Mulai dari tingkat lingkungan pemukiman (RT/RW) sampai ke tingkat Kecamatan, seluruh masyarakat bergerak melakukan aktivitas olahraga massal ini dengan semangat. Masing-masing RT, RW, Kelurahan sampai dengan Kecamatan membentuk kelompok berlatih senam, mengadakan jalan sehat, sepeda sehat atau terkadang melaksanakan fun bike. Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi lomba, hampir di setiap pelosok terdengar alunan musik bernuansa olahraga, yang diikuti oleh beragam komunitas olahraga massal.

Keramaian seperti itu tidak hanya terjadi di lokasi-lokasi umum saja, aktivitas olahraga massal ini tumbuh dengan baik. Salah satu bentuk aktivitas olahraga massal yang berkembang sangat baik adalah aktivitas olahraga senam umum. Kegiatan senam yang berkembang di sanggar-sanggar, cenderung lebih beragam. Tidak hanya senam aerobic, tetapi juga berkembang program latihan beragam jenis senam. Kebanyakan, peserta yang melakukan aktivitas tersebut di sanggar-sanggar senam adalah kaum wanita muda dan ibu-ibu, dengan tujuan selain memperoleh kesehatan dan kebugaran yang ingin dicapai, tetapi mereka juga menginginkan peningkatan kualitas dan prestasi. Dari rutinitas dan latihan yang terprogram, mereka berharap selain fisik yang sehat dan bugar kemampuan melakukan teknik geraknya juga mengalami peningkatan. Pada akhirnya, pengharapan mereka berujung pada perolehan prestasi di even lomba. Untuk meraih prestasi demikian, terkadang aktivitas ini harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar instruktur handal, dan dilaksanakan secara rutin minimal 3 hari atau lebih dalam satu minggu.

Aktivitas olahraga massal yang dilakukan di unit-unit perkantoran juga berkembang dengan baik. Hampir seluruh unit-unit perkantoran, baik instansi pemerintah maupun swasta telah melakukan kegiatan senam aerobic bersama dengan baik. Kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap hari Jum’at sebagai hari Krida Olahraga. Berbeda dengan aktivitas olahraga yang dilakukan di sanggar-sanggar senam, kegiatan ini tidak bermuara kepada peningkatan prestasi, tetapi cenderung mempunyai tujuan utama menjaga kesehatan, kebugaran, meningkatkan semangat kebersamaan, semangat kerja, dan produktivitas kerja.

Keterlibatan pemerintah dalam upaya turut mengembangkan aktivitas olahraga massal ini adalah dengan memberi variasi kegiatan lainnya sebagai perangsang dan menghilangkan kejenuhan. Bentuk kegiatan yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat adalah berupa : (1) kegiatan lomba dan festival olahraga massal; (2) peningkatan kualitas SDM instruktur; (3) pembinaan olahraga tenaga kerja; (4) tes kebugaran jasmani; (5) penyusunan model latihan kesegaran jasmani; (6) hari tantangan olahraga/challenger day; (7) hubungan dengan organisasi massal dalam dan luar negeri.

Program kegiatan lomba dan festival yang sudah berkembang dan sering dilakukan oleh pemerintah adalah berupa pekan olahraga pedesaan (PORDES), pekan olahraga dan seni pondok pesantren baik di tingkat daerah  (POSPEDA) maupun nasional (POSPENAS), pekan kesegaran jasmani (PKJ), festival olahraga massal, peringatan hari olahraga nasional (HAORNAS).

Program kegiatan peningkatan kualitas SDM dan manajemen olahraga massal yang sudah sering dilakukan adalah berupa pelatihan atau penataran bagi tenaga pembina, penggerak, pelatih/instruktur, organisasi olahraga masyarakat, dan penyusunan pedoman standart teknis, standart pelayanan minimal, norma, kriteria, dan prosedur di bidang olahraga massal.

Program kegiatan pembinaan olahraga tenaga kerja lebih ditekankan kepada kegiatan olahraga pada jam krida olahraga. Kegiatan jam krida olahraga ini dilakukan minimal sekali dalam seminggu secara rutin di setiap unit instansi pemerintah maupun swasta, sehingga harapan untuk meningkatkan semangat kebersamaan, semangat kerja dan produktivitas kerja dapat dicapai dengan baik.

Program kegiatan tes kebugaran jasmani dimaksudkan sebagai alat ukur peningkatan kesegaran jasmani dan kebugaran bagi siswa, mahasiswa, pegawai pemerintah maupun swasta, dan masyarakat. Kegiatan ini dipandang perlu dilakukan sebagai evaluasi tingkat kebugaran jasmani secara berkala untuk mengetahui profil atau kualitas fisik sumber daya manusia masyarakat.

Penyusunan model latihan kesegaran jasmani dimaksudkan sebagai upaya menghilangkan kejenuhan dalam melakukan aktivitas olahraga massal. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai instansi, pakar dan melibatkan masyarakat di dalam menciptakan berbagai jenis dan bentuk latihan kesegaran jasmani. Semakin banyak jenis dan bentuk latihan yang tercipta, maka semakin memberikan pilihan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Program kegiatan chalengger day adalah kegiatan berbagai jenis olahraga massal yang dilaksanakan secara serempak di suatu kota atau wilayah penyelenggara dan diikuti oleh kota atau wilayah lain. Kegiatan ini, berlangsung mulai pukul 00.00 dan berakhir sampai dengan pukul 21.00 pada hari yang sama. Kegiatan ini memang belum pernah dilaksanakan di Indonesia, namun dapat menjadikan alternatif kegiatan lain sebagai pilihan.

Program peningkatan hubungan dengan organisasi massal di dalam dan di luar negeri dimaksudkan sebagai upaya menjalin kerjasama dengan organisasi olahraga massal baik yang berada di dalam maupun di luar negeri,  sehingga, dalam melaksanakan kegiatan olahraga massal sejenis dapat berjalan lebih terarah. Beberapa organisasi olahraga massal yang berada di dalam negeri seperti Asosiasi Kebugaran Indonesia (ASKI), Senam Tera, Asosiasi Pembina Pelatih Senam Indonesia (APPSI), Yayasan Jantung Indonesia, dll. Sedangkan organisasi massal di luar negeri, seperti Asia Oceania Sport For All Association (ASFAA), Asia Pacific Sport For All Association (APOSA) di tingkat Asia, ataupun Trim’s Fitness Sport For All Association.

Beragam Jenis Olahraga Massal
1.1.1.     Olahraga Kesehatan
1.1.1.1.        Pernapasan
a.     Senam Taichi
b.     Senam Tera
c.      Senam PORPI
d.     Senam Cakra Wiweka
1.1.1.2.        Umum
a.     Senam Jantung Sehat
b.     Senam Kebugaran Jasmani (SKJ)
c.      Senam Diabites
d.     Senam Kinestetika Indonesia
1.1.1.3.        Tulang Sendi
a.     Senam Oestoporosis
b.     Senam Sehat Indonesia
1.1.2.     Olahraga Rekreatif
1.1.2.1.        Basis Budaya
a.     Senam Poco Poco
b.     Senam Sajojo
c.      Senam Jula Juli
d.     Senam Line Dance
1.1.2.2.        Massal
a.     FUN Bike
b.     Sepeda Tua (sepeda onthel)
c.      Gerak Jalan
d.     Jalan Sehat
e.     Tri Athlon
f.    Komunitas CB