Penulis :
Biasworo Adisuyanto Aka
ditulis di Jakarta Timur, 19 Maret
2016
Komunitas Olahraga Tradisional
Indonesia (KOTI) mengadakan Focus Group Discussion tentang Pola Pengembangan
Olahraga Tradisional di Indonesia pada tanggal 19 Maret 2016 di Stadion GOR Ceras Jakarta Timur. Diharapkan dari FGD ini dapat menghasilkan
rumusan dan langkah strategis dalam rangka mengangkat harkat dan martabat
olahraga tradisional. Dimulai acara ini, pemberian sambutan yang disampaikan
oleh Ketua Umum KOTI, Bapak Suherman, S,Sos. Disampaikan bahwa hadirnya peserta
FGD menjadi wujud rasa cinta kita terhadap Olahraga Tradisional. Dilengkapi
dengan penyampaian prolog dari Sekretaris Jenderal Choirul Umam, yang
menyatakan bahwa "Olahraga Tradisional adalah merupakan kearifan lokal
disetiap daerah yang harus dijaga dan dilestarikan", atas dasar cinta dan
kesadaran pengurus KOTI Pusat sepakat untuk mengangkat isu Nasional yang dimana
akan menjadi fokus dalam satu sampai dua tahun kedepan.
Ketua Umum KOTI Suherman, S,Sos menggunakan
baju abu abu Seragam KOTI, disebelah kanan Kepala Bidang Olahraga
Tradisional Kemenpora RI, Bp. Arman menggunakan
kemeja Abu abu gelap (tengah)
|
Focus Group Discussion
yang dihadiri oleh Ketua Umum KOTI Pusat, Suherman, S,Sos, Kepala Bidang
Olahraga Tradisional Kemenpora RI, Bapak Arman, perwakilan KOTI Provinsi Jawa
Tengah, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta berlangsung
sangat seru dan menarik. Menariknya diskusi kali ini dikarernakan masing-masing
berbagi kegiatan yang telah dilakukan oleh setiap provinsi. Provinsi Jawa Timur
yang diwakili oleh Biasworo Adisuyanto Aka selaku KOTI Jawa Timur menyampaikan
bahwa Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya punya banyak pengalaman yang bisa di
shere kan dalam FGD tersebut. Kompetisi dan beberapa kegiata pelatihan yang
sering dilaksanakan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya menjadikan konsep pembangunan
olahraga tradisional di Kota Surabaya berjalan sangat baik. Bahkan kegiatan
lomba-lomba yang dilaksanakan di Kota Surabaya, diawali pelaksanaannya dari
tingkat Kecamatan-kecamatan dan berakhir pada pelaksanaan tingkat Kota Grand
Finalnya. Konsep yang dibangun oleh Dispora Kota Surabaya ini melahirkan
kerjasama sponsorship yang sangat luar biasa. Secara otomatis, kegiatan yang
dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat kota
bahkan Jawa Timur ini melahirkan semangat bagi seluruh masyarakat untuk ikut
melestarikan olahraga tradisional ini secara baik. Olerh sebab itu, apabila
KOTI Pusat berkenan melahirkan bentuk kegiatan sebagai ikon nasional dalam
bentuk "Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (POTNAS) dapat dilaksanakan
secara baik, maka seluruh komponen bangsa akan terfokus pada pengembangan
olahraga tradisional ini secara serempak.
Berbeda dengan Jawa
Timur, Provinsi Jawa Barat pun punya sisi pengalaman yang sangat luar biasa
dalam pembinaan, pengembangan, dan pelestarian olahraga teradisional di Jawa
Barat, yaitu telah berhasil melakukan pengembangan akat sumpitan menjadi lebih
bernilai ekonomis dan mudah digunakan. "di Jawa Barat khususnya Kota Bandung
untuk olahtraga tradisionasl di gunakan sebagai sarana meningkatkan partisipasi
masyarakat" begitu kata Pak Asep dari perwakilan KOTI Jawa Barat.
Kekuatan luar biasa akan
dihimpun oleh 4 (empat) provinsi yang hadir pada pelaksanaan FGD pagi tadi.
Empat cabang olahraga tradisional yang selama ini selalu diperlombakan akan
dikaji dan dikembangkan agar kedepannya bisa menjadi salah satu cabang olahraga
prestasi, yaitu untuk jenis HADANG. Masing-masing daerah akan berusaha untuk
membuat perlombaan yang berjenjang dari tingkat Kecamatan hingga provinsi, yang
selanjutnya pada tahun 2017 nanti InsyaAllah tepatnya dibulan Mei 2017,
Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) akan membuat sebuah pesta
olahraga tradisonal berskala nasional sebagai bentuk hasil kesepekatan bersama
dalam FGD KOTI 2016 di GOR CERAS Jakarta Timur pagi tadi dan event tersebut
diberi nama "Pekan Olahraga Tradisional Nasional, atau disingkat dengan
nama "POTNAS".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar